Langsung ke konten utama

Dinasti Seljuk dan Mamluk




Disusun oleh:
M. Sarifudin (215-13-001); M. Kholil Ridwan (215-13-003);
M. Choirurohman (215-13-010); dan Wahyu Kurniawan (215-13-015)

Sejarah Dinasti Seljuk
1. Kekaisaran Seljuk Raya
Kekaisaran Seljuk Raya adalah imperium Islam Sunni abad pertengahan yang pernah menguasai wilayah dari Hindu Kush sampai Anatolia timur dan dari Asia Tengah sampai Teluk Persia. Dari tempat awal mereka di Laut Aral, Seljuk bergerak pertama ke Khorasan dan lalu ke Persia daratan sebelum menguasai Anatolia timur.
Dinasti Seljuk Inilah kekaisaran Islam pertama Turki yang memerintah dunia Islam. Kekuasaan yang digenggamnya begitu luas meliputi Asia Tengah dan Timur Tengah — terbentang dari Anatolia hingga ke Punjab di belahan selatan Asia. Kekaisaran Seljuk Agung yang mulai menancapkan kekuasaan pada abad ke-11 M hingga 14 M itu didirikan suku Oghuz Turki yang memeluk Islam mulai abad ke-10 M.Sejatinya, Kekaisaran Seljuk dirintis oleh Seljuk Bek. Namun, Kerajaan Seljuk yang berdiri pada 1037 M itu baru terwujud pada era kepemimpinan Thugril Bek yang berkuasa hingga 1063 M. Sejarah mencatat Dinasti Seljuk sebagai kerajaan yang mampu menghidupkan kembali kekhalifahan Islam yang ketika itu nyaris tenggelam.

Dalam waktu yang singkat, wilayah kekuasaan Kerajaan Seljuk pun kian bertambah luas. Dinasti Seljuk mencapai puncak kejayaannya ketika menguasai negeri-negeri di kawasan Timur Tengah seperti Irak, Persia, Suriah serta Kirman. Sebagai negara yang sangat kuat, Dinasti Seljuk amat disegani. Pada tahun 1055 M, Kerajaan Seljuk sudah mampu menembus kekuasaan Dinasti Abbasiyah, Dinasti Fathimiyyah. Dua dasawarsa berikutnya, ketangguhan militer Seljuk mampu memukul mundur Bizantium yang bercokol di Palestina — kota suci ketiga bagi umat Islam — dalam peristiwa Manzikert 1071 M.
Pemerintahan Dinasti Seljuk yang berpusat di Anatolia itu amat toleran. Kehadirannya seakan menjadi penerang bagi rakyatnya. Meski berasal dari salah satu suku di Turki, para penguasa Seljuk sangat menghargai perbedaan ras, agama, dan jender. Di bawah bendera Seljuk, umat Islam dapat hidup dalam kedamaian, keadilan serta kemakmuran. Pada era dinasti ini aktivitas keagamaan berkembang dengan pesat. Hal itu ditandai munculnya kegiatan sufisme. Tak cuma itu, ilmu pengetahuan pun turut berkembang. Sederet ilmuwan dan ulama muncul dari Dinasti Seljuk seperti, Al-Ghazali (1038 M - 1111 M) serta Umar Al-Khayam — seorang penyair terkemuka.Kekaisaran Seljuk juga sangat mendukung dan mendorong perkembangan kebudayaan, salah satunya seni bina bangun atau arsitektur. Tak heran, bila pada era kekuasaan Dinasti Seljuk banyak berdiri karya-karya arsitektur yang mengagumkan. Dinasti ini mampu menghidupkan kembali pencapaian Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah dalam bidang bina bangunan.
variasi dan kualitas ornamen-ornemen serta bentuk dan teknik arstitektur peninggalan Dinasti Seljuk mampu menjadi inspirasi bagi para arsitek Muslim dan para ahli batu di seluruh dunia. Keunggulan dan kehebatan arsitektur warisan Dinasti Seljuk dapat disaksikan dari bangunan-bangunan peninggalan bersejarah di Iran, Anatolia serta wilayah Asia Minor Muslim.Para arsitek dunia mencatat ada dua karya seni arsitektur yang paling unik warisan Dinasti Seljuk, yakni caravanserai (tempat singgah bagi para pendatang) serta madrasah. Caravanserai banyak berdiri di wilayah kekuasaan Seljuk lantaran dinasti itu amat mendorong perdagangan dan bisnis. Sedangkan gedung madrasah yang menyebar di daerah kekuasaan Kerajaan Seljuk mencerminkan geliat aktivitas pembelajaran.
Kontribusi Dinasti Seljuk dalam bidang arsitektur begitu besar. Sejarah mencatat beberapa kontribusi Dinasti Seljuk dalam bidang arsitektur antara lain;
1.      memperkenalkan konsep baru tempat imam di masjid.
2.      mengembangkan dan memperbanyak madrasah untuk sarana pendidikan.
3.      memperkenalkan caravanserai.
4.      mengembangkan dan mengelaborasi arsitektur makam.
5.      keberhasilan membangun kubah berbentuk kerucut.
6.      mempromosikan penggunaan motif-motif muqarnas.
7.      memperkenalkan elemen pertama seni baroque yang menyebar ke seluruh Eropa di abad ke-16 M. Kehebatan dan keunikan gaya arsitektur Seljuk telah diakui dunia, termasuk arsitektur modern. Para arsitek Barat pun banyak belajar dari arsitektur Seljuk.

2. Masa Berkuasanya Daulah Bani Seljuk
            Jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Seljuk Ibn Tuqaq bermula dari perebutan kekuasaan di dalam negeri. Ketika al-Malik al- Rahim memegang jabatan Amir al-Umara, kekuasaan itu dirampas oleh panglimanya sendiri, Arselan al-Basasiri. Dengan kekuasaan yang ada di tangannya, al-Basasiri berbuat sewenang-wenang terhadapap Al-Malik al-Rahim dan Khalifah al-Qaimdari Bani Abbas; bahkan dia mengundang Khalifah Fathimiyah, (al-Mustanshir), untuk menguasai Baghdad. Hal ini mendorong khalifah meminta bantuan kepada Alp Arselan Rahimahullah dari daulah Bani Seljuk yang berpangkalan di negeri Jabal. Pada tanggal 18 Desember 1055 M/447 H pimpinan Seljuk itu memasuki Baghdad.
Al-Malik al-Rahim, Amir al-Umara Bani Buwaih yang terakhir, dipenjarakan. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Bani Buwaih dan bermulalah kekuasaan Daulah Seljuk. Pergantian kekuasaan ini juga menandakan awal periode keempat khilafah Abbasiyah. Bani Seljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Pada abad kedua, ketiga, dan keempat Hijrah mereka pergi ke arah barat menuju Transoxiana dan Khurasan. Ketika itu mereka belum bersatu. Mereka dipersatukan oleh Seljuk ibn Tuqaq. Karena itu, mereka disebut orang-orang Seljuk. Pada mulanya Seljuk ibn Tuqaq Rahimahullah mengabdi kepada Bequ, raja daerah Turkoman yang meliputi wilayah sekitar laut Arab dan laut Kaspia. Seljuk Rahimahullah diangkat sebagai pemimpin tentara. Pengaruh Seljuk Rahimahullah sangat besar sehingga Raja Bequ khawatir kedudukannya terancam. Raja Bequ bermaksud menyingkirkan Seljuk.
Namun sebelum rencana itu terlaksana, Seljuk Rahimahullah mengetahuinya. Ia tidak mengambil sikap melawan atau memberontak, tetapi bersama pengikutnya ia bermigrasi ke daerah land, atau disebut juga Wama Wara'a al-Nahar, sebuah daerah muslim di wilayah Transoxiana (antara sungai Ummu Driya dan Syrdarya atau Sihun). Mereka mendiami daerah ini atas izin penguasa daulah Samaniyah yang menguasai daerah tersebut. Mereka masuk Islam dengan manhaj Sunni Salafy. Ketika daulah Samaniyah dikalahkan oleh daulah Ghaznawiyah, Seljuk Rahimahullah menyatakan memerdekakan diri. Ia berhasil menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh daulah Samaniyah. Setelah Seljuk Rahimahullah meninggal, kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya, Israil Ibn Seljuk dan kemudian penggantinya Mikail Ibn Israil Ibn Seljuk, namun sayang saudaranya dapat ditangkap oleh penguasa Ghaznawiyah.
Kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh Thugril Bek Rahimahullah. Pemimpin Seljuk terakhir ini berhasil mengalahkan Mas'ud al-Ghaznawi, penguasa dinasti Ghaznawiyah, pada tahun 429 H/1036 M, dan memaksanya meninggalkan daerah Khurasan. Setelah keberhasilan tersebut, Thugril memproklamasikan berdirinya daulah Seljuk. Pada tahun 432 H/1040 M daulah ini mendapat pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad. Di saat kepemimpinan Alp Arselan inilah, dinasti Seljuk memasuki Baghdad menggantikan posisi Bani Buwaih. Sebelumnya, Thugril Rahimahullah berhasil merebut daerah-daerah Marwadan Naisabur dari kekuasaan Ghaznawiyah, Balkh, urjan, Tabaristan, Khawarizm, Rayy, dan Isfahan.
Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah dinasti Seljuk berkuasa; paling tidak kewibawaannya dalam bidang agama dikembalikan setelah beberapa lama "dirampas" orang-orang Syi'ah. Meskipun Baghdad dapat dikuasai, namun ia tidak dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Thugril Bek Rahimahullah memilih kota Naisabur dan kemudian kota Rayy sebagai pusat pemerintahannya. Daulah-daulah kecil yang sebelumnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan daulah Seljuk ini, kembali mengakui kedudukan Baghdad, bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan Abbasiyah untuk membendung faham Syi'ah dan mengembangkan manhaj Sunni Salafy yang dianut mereka.

Sepeninggal Thugril Bek Rahimahullah (455 H/1063 M), daulah Seljuk berturut-turut diperintah oleh:
1.  Alp Arselan Rahimahullah (455-465 H/1063-1072)
2.      Maliksyah (465-485 H/1072-1092)
3.      Mahmud Al-Ghazi (485-487 H/1092-1094 M)
4.      Barkiyaruq (487 -498 H/1 094-1103)
5.      [ [Maliksyah II]] (498 H/ 1103 M),
6.      Abu Syuja' Muhammad (498-511 H/11 03-1117 M)
7.      Abu Harits Sanjar (511-522H/1117-1128 M).
Pemerintahan Seljuk ini dikenal dengan nama al-Salajiqah al-Kubra (Seljuk Besar atau Seljuk Agung). Disamping itu, ada beberapa pemerintahan Seljuk lainnya di beberapa daerah sebagaimana disebutkan terdahulu. Pada masa Alp Arselan Rahimahullah perluasan daerah yang sudah dimulai oleh Thugril Bek Rahimahullah dilanjutkan ke arah barat sampai pusat kebudayaan Romawi di Asia Kecil, yaitu Bizantium.
Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi ini adalah apa yang dikenal dengan peristiwa Manzikert. Tentara Alp Arselan Rahimahullah berhasil mengalahkan tentara Romawi yang besar yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis, dan Armenia. Dengan dikuasainya Manzikert tahun 1071 M itu, terbukalah peluang baginya untuk melakukan gerakan penturkian (turkification) di Asia Kecil. Gerakan ini dimulai dengan mengangkat Sulaiman ibn Qutlumish, keponakan Alp Arselan, sebagai gubernur di daerah ini. Pada tahun 1077 M (470 H), didirikanlah kesultanan Seljuk Ruum dengan ibu kotanya Iconim. Sementara itu putera Arselan, Tutush Rahimahullah, berhasil mendirikan dinasti Seljuk di Syria pada tahun 1094 M/487 H.
Pada masa Sulthan Maliksyah wilayah kekuasaan Daulah Seljuk ini sangat luas, membentang dari Kashgor, sebuah daerah di ujung daerah Turki, sampai ke Yerussalem. Wilayah yang luas itu dibagi menjadi lima bagian:
1.      Seljuk Besar yang menguasai Khurasan, Rayy, Jabal, Irak, Persia, dan
Ahwaz. Ia merupakan induk dari yang lain. Jumlah Syekh yang memerintah seluruhnya delapan orang.
2.  Seljuk Kirman berada di bawah kekuasaan keluarga Qawurt Bek ibn Dawud ibn Mikail ibn Seljuk. Jumlah syekh yang memerintah dua belas orang.
3.   Seljuk Iraq dan Kurdistan, pemimpin pertamanya adalah Mughirs al-Din Mahmud. Seljuk ini secara berturut-turut diperintah oleh sembilan syekh.
4.   Seljuk Syria, diperintah oleh keluarga Tutush ibn Alp Arselan ibn Daud ibn Mikail ibn Seljuk, jumlah syekh yang memerintah lima orang.
5.  Seljuk Ruum, diperintah oleh keluarga Qutlumish ibn Israil ibn Seljuk dengan jumlah syeikh yang memerintah seluruhnya 17 orang.
Disamping membagi wilayah menjadi lima, dipimpin oleh gubernur yang bergelar Syeikh atau Malik itu, penguasa Bani Seljuk juga mengembalikan jabatan perdana menteri yang sebelumnya dihapus oleh penguasa Bani Buwaih. Jabatan ini membawahi beberapa departemen.Pada masa Alp Arselan Rahimahullah, ilmu pengetahuan dan agama mulai berkembang dan mengalami kemajuan pada zaman Sultan Maliksyah yang dibantu oleh perdana menterinya Nizham al-Mulk. Perdana menteri ini memprakarsai berdirinya Universitas Nizhamiyah (1065 M) dan Madrasah Hanafiyah di Baghdad. Hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan didirikan cabang Nizhamiyah. Menurut Philip K. Hitti, Universitas Nizhamiyah inilah yang menjadi model bagi segala perguruan tinggi di kemudian hari.
Perhatian pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan banyak ilmuwan muslim pada masanya. Diantara mereka adalah az-Zamakhsyari dalam bidang tafsir, bahasa, dan teologi; al-Qusyairy dalam bidang tafsir; Abu Hamid al-Ghazali Rahimahullah dalam bidang teologi; dan Farid al-Din al-'Aththar dan Umar Khayam dalam bidang sastra.Bukan hanya pembangunan mental spiritual, dalam pembangunan fisik pun dinasti Seljuk banyak meninggalkan jasa. Maliksyah terkenal dengan usaha pembangunan di bidang yang terakhir ini. Banyak masjid, jembatan, irigasi dan jalan raya dibangunnya.
Setelah Sultan Maliksyah dan perdana menteri Nizham al-Mulk wafat Seljuk Besar mulai mengalami masa kemunduran di bidang politik. Perebutan kekuasaan diantara anggota keluarga timbul. Setiap propinsi berusaha melepaskan diri dari pusat. Konflik-konflik dan peperangan antar anggota keluarga melemahkan mereka sendiri. Sementara itu, beberapa dinasti kecil memerdekakan diri, seperti Syahat Khawarizm, Ghuz, dan al-Ghuriyah. Pada sisi yang lain, sedikit demi sedikit kekuasaan politik khalifah juga kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan dinasti Seljuk di Irak berakhir di tangan Khawarizm Syah pada tahun 590 H/l199 M. ( Wallahul Musta’an ).(4),(5),(6).


2.      Arsitektur Menakjubkan dari Dinasti Seljuk

Caravanserai Seljuk (Khan)

Penguasa Dinasti Seljuk begitu banyak membangun caravanserai atau tempat singgah bagi para pendatang atau pelancong. caravanserai dibangun untuk menopang aktivitas perdagangan dan bisnis. Para pelancong dan pedagang dari berbagai negeri akan dijamu di caravanserai selama tiga hari secara cuma-cuma alias gratis.
Di caravanserai itulah, para pendatang akan dijamu dengan makanan serta hiburan. Secara fisik, bangunan caravanserai terdiri dari halaman, gedungnya dipercantik dengan lengkungan iwan. Dalam caravanserai terdapat kamar menginap, depo, kamar pengawal serta tersedia juga kandang untuk alat transportasi seperti kuda. Caravanserai dikelola oleh sebuah lembaga donor. Organisasi itu pertama kali didirikan di Rabat-i-Malik. Caravanserai di wilayah Iran itu menjadi cikal bakal berdirinya tempat singgah khas Dinasti Seljuk. Caravanserai pertama itu dibangun pada tahun 1078 M oleh Sultan Nasr di antara rute Bukhara-Samarkand. Struktur bangunan caravanserai Seljuk meniru istana padang pasir Dinasti Abbasiyah. Bentuknya segi empat dan ditopang dengan dinding yang kuat.

Madrasah Seljuk
Menurut Van Berchem, para arsitektur di era Dinasti Seljuk mulai mengembangkan bentuk, fungsi dan karakter masjid. Bangunan masjid diperluas menjadi madrasah. Bangunan madrasah pertama muncul di Khurasan pada awal abad ke-10 M sebagai sebuah adaptasi dari rumah para guru untuk menerima murid.Pada pertengahan abad ke-11 M, bangunan madrasah diadopsi oleh penguasa Seljuk Emir Nizham Al-Mulk menjadi bangunan publik. Sang emir terispirasi oleh penguasa Ghaznawiyyah dari Persia. Di Persia, madrasah dijadikan tempat pembelajaran teknologi. Madrasah tertua yang dibangun Nizham Al-Mulk terdapat di Baghdad pada tahun 1067 M.
Fakta menunjukkan, madrasah yang dibangun antara tahun 1080 M hingga 1092 M di Kharghird, Khurasan sudah menggunakan empat iwan. Secara fisik, bangunan madrasah Seljuk terdiri dari halaman gedung yang dikelilingi tembok dan dilengkapi empat iwan. Selain itu juga ada asrama dan ruang belajar.Salah satu madrasah terbaik yang bisa dijadikan contoh berada di Anatolia. Bangunan madrasah itu menerapkan karakter khas Iran termasuk penggunaan iwan dan menara ganda yang membingkai pintu gerbang.
Menara Seljuk
Bentuk menara masjid-masjid di Iran yang dibanguan Dinasti Seljuk secara subtansial berbeda dengan menara di Afrika Utara. Bentuk menara masjid Seljuk mengadopsi menara silinder seagai ganti menara berbentuk segi empat.

Makam Seljuk
Pada era kejayaan Dinasti Seljuk pembangunan makam mulai dikembangkan. Model bangunan makam Seljuk merupakan pengembangan dari tugu yang dibangun untuk menghormati penguasa Umayyah pada abad ke-8 M. Namun, bangunan makam yang dikembangkan para arsitek Seljuk mengambil dimensi baru. Bangunan makam yang megah dibangun pada era Seljuk tak haya ditujukan untuk menghormati para penguasa yang sudah meninggal. Namun, para ulama dan sarjana atau ilmuwan terkemuka pun mendapatkan tempat yang sama. Tak heran, bila makam penguasa dan ilmwuwan terkemuka di era Seljuk hingga kini masih berdiri kokoh.
Bangunan makam Seljuk menampilkan beragam bentuk termasuk oktagonal (persegi delapan), berbentuk silinder dan bentuk-bentuk segi empat ditutupi dengan kubah (terutama di Iran). Selain itu ada pula yang atapnya berbentuk kerucut (terutama di Anatolia). Bangunan makam biasanya dibangun di sekitar tempat tinggal tokoh atau bisa pula letaknya dekat masjid atau madrasah.

Masjid Seljuk
Inovasi para arsitektur Dinasti Seljuk yang lainnya tampak pada bangunan masjidnya. Masjid Seljuk sering disebut Masjid Kiosque. Bangunan masjid ini biasanya lebih kecil yang terdiri dari sebuah kubah, berdiri melengkung dengan tiga sisi yang terbuka. Itulah ciri khas masjid Kiosque. Model masjid khas Seljuk ini seringkali dihubungkan dengan kompleks bangunan yang luas seperti caravanserai dan madrasah.

Sejarah Dinasti Mameluk
A.    Asal Usul Dinasti Mamluk
Kata “mamluk” adalah bentuk tunggal dari kata “mamalik” yang berarti budak.Dinasti Mamluk sendiri memang didirikan oleh para budak.Pada awalnya mereka adalah orang-orang yang direkrut oleh penguasa dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan tentaranya.Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat.Oleh penguasa Ayyubiyah yang terakhir, yaitu al-Malik as-Salih, mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya.Pada masa penguasa ini, mereka mendapat hak-hak istimewa, baik dalam karier ketentaraan maupun dalam imbalan-imbalan material. Mereka terdiri dari dua kelompok yaitu Mamluk Bahri dan Mamluk Buruj atau Burji yang datang kemudian.Dinamakan Mamluk Bahri karena tempat tinggal mereka di Pulau ar-Raudah yang terletak di laut Arab, bahr bentangan delta sungai Nil.Sementara dinamakan Mamluk Burji karena mereka menempati benteng-benteng Arab, burj di Kairo. Kaum Bahri berasal dari Qipchaq, Rusia Selatan, yang berdarah campuran antara Mongol dan Kurdi, sedangkan Burji adalah orang-orang Circassia dari Caucasus. Dalam pada itu, peta pemerintahan dinasti Mamluk dalam perjalanannya kemudian banyak dikatakan oleh para sejarawan sebagai bentuk penguasaan yang carut marut karena terbagi menjadi dua kekuasaan besar.
Cikal bakal dinasti ini berawal dari seorang mantan budak bernama Syajar ad-Durr, yang kemudian dijadikan sebagai istri oleh al-Malik as-Salih (1249 M) sebagai penguasa dinasti Ayyubiyah. Setelah al-Malik as-Salih wafat, berbagai informasi mengatakan bahwa Syajar ad-Durr kemudian menyandang gelar “sultanah” atau berkedudukan sebagai sultan perempuan selama hampir delapan puluh hari. Pada masa itu ia juga tercatat sebagai satu-satunya penguasa wanita muslim di kawasan Afrika Utara dan Asia Barat, namanya juga diabadikan dalam kepingan mata uang dan disebutkan pada setiap sholat Jum’at. Ia memutuskan untuk menikah lagi dengan Izzuddin Aybak, Sultan Mamluk pertama (1250-1257 M) yang kemudian justru terbunuh oleh Syajar al-Durr sendiri.Hal ini merupakan awal fondasi kekuasaan dinasti Mamluk.

B.     Wilayah Kekuasaan Dinasti Mamluk          
Dinasti Mamluk yang berkuasa pada masa ini disebut Bahri.Mereka kebanyakan berasal dari keluarga Turk dan Mongol. Mereka memerintah Mesir dan Suriah, dan kadangkala Jazirah Arab, hingga tahun 1382 M.Ketika Mongol menyerbu Suriah pada tahun 1260 M, pasukan Mamluk berhasil mengalahkan mereka di Ain Jalut, dan mendesak pasukan Mongol mundur kembali ke Persia. Inilah pertama kalinya pasukan Mongol dikalahkan dalam suatu pertempuran besar.Pemimpin Mamluk dalam pertempuran tersebut, Baibars, kemudian menjadi sultan Mamluk seusai pertempuran.
Baibars dan pasukan Mamluknya mengalahkan pasukan Salib terakhir pada tahun 1263 M. Ketika itu terjadi pertempuran besar di Antiokhia, dan pada akhirnya 16000 tentara Kristen terbunuh sedangkan ribuan penduduk Antiokhia dijadikan budak.




C.    Karya-karya pada Dinasti Mamluk
a.      Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamluk membuka hubungan dagang dengan Perancis dan Itali melalui perluasan jalur perdagangan yang sudah dirintis oleh dinasti Fatimiyyah di Mesir  sebelumnya.
Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat. Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan jaringan pengangkutan dan komunikasi antara kota, baik laut mahupun darat. Keteguhan angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan ekonominya.
b.      Pembangunan
Dinasti Mamalik juga banyak mengalami kemajuan di bidang pembangunan.Banyak juru bina dibawa ke Mesir untuk membangunkan sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah.Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini di antaranya adalah, hospital, musium, perpustakaan, villa-villa, kubah, dan menara masjid.
c.       Ilmu Pengetahuan
Di dalam ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuan-ilmuan asal Baghdad dari serangan tentera Mongol. Kerana itu, ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, perubatan,astronomi, matematik, dan il-mu agama.Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi, dan Ibn Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir Al-Din Al-tusi. Di bidang perubatan pula, Abu Hasan `Ali Al-Nafis. Sedangkan, dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama Ibn Taimiyah, Al-Sayuthi, dan Ibn Hajar Al-`Asqalani.
d.      Militer
Pemerintahan dinasti ini dilantik dari pengaruhnya dalam  ketenteraan. Para Mamluk yang dididik haruslah dengan tujuan untuk menjadi pasukan pendukung kebijaksanaan pemimpin. Ketua Negara atau sultan akan diangkat di antara pemimpin tentera yang terbaik, yang paling berprestasi, dan mempunyai kemampuan untuk menghimpun kekuatan. Walaupun mereka adalah pendatang di wilayah Mesir, mereka berhasil menciptakan ikatan yang kuat berdasarkan daerah asal mereka. 
Dinasti Mamalik juga menghasilkan buku mengenai ilmu ketenteraan.Minat para penulis semakin terpacu dengan keinginan mereka untuk mempersembahkan sebuah karya kepada kepada para sultan yang menjadi penguasa saat itu.Perbahasan yang sering dibahas adalah mengenai selok-belok yang berkaitan dengan serangan bangsa Mongol.Pada lingkungan ketenteraan Dinasti ini, menghasilkan banyak karya tentang ketenteraan, khususnya keahlian menunggang kuda.
e.       Budaya Politik
Daulah Mamalik atau Dinasti Mamluk membawa warna baru dalam sejarah politik Islam.Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qalawun(1280-1290 M) menerapkan pergantian sultan secara turun temurun.Anak Qalawun berkuasa hanya empat tahun, karena kekuasaannya direbut oleh Kitbugha(1295- 1297 M).Sistem pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir.Kedudukan amir menjadi sangat penting.Para amir berkompetisi dalam prestasi, karena mereka merupakan kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam bebagai bidang, seperti konsolidasi pemerintahan, perekonomian, dan ilmu pengetahuan.

D.    Sistem Pemerintahan
Bentuk pemerintahan oligarki militer adalah suatu bentuk pemerintahan yang menerapkan kepemimpinan berdasarkan kekuatan dan pengaruh, bukan melalui garis keturunan.Sistim pemerintahan oligarki militer ini merupakan kreatifitas tokoh-tokoh militer Mamluk yang belum pernah berlaku sebelumnya dalam perkembangan politik di pemerintahan Islam. Jika dibandingkan dengan sistim pemerintahan yang dijalankan sebelumnya, yaitu Sistim Monarki dan Sistim Aristokrasi atau pemerintahan para bangsawan, maka sistim pemerintahan Oligarki Militer dapat dikatakan lebih demokratis. Sistim Oligarki Militer lebih mementingkan kecakapan, kecerdasan, dan keahlian dalam peperangan.Sultan yang lemah bisa saja disingkirkan atau diturunkan dari kursi jabatannya oleh seorang Mamlu>k yang lebih kuat dan memiliki pengaruh besar di tengah-tengah masyarakat. Kelebihan lain dari sistim oligarki militer ini adalah tidak adanya istilah senioritas yang berhak atas juniornya untuk menduduki jabatan sultan, melainkan lebih berdasarkan keahlian dan kepiawaian seorang Mamluk tersebut.

E.     Tokoh-tokoh yang berpengaruh
Di awal tahun 1260 M Mesir terancam serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam. Kedua tentara bertemu di Ayn Jalut, dan pada tanggal 13 September 1260 M, tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz, Baybars dan Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah Rahimahullah berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut. Kemenangan atas tentara Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di Mesir menjadi tumpuan harapan umat Islam di sekitarnya.Penguasa-penguasa di Syria segera menyatakan sumpah setia kepada penguasa Mamalik.
Tidak lama setelah itu Qutuz meninggal dunia.Baybars, seorang pemimpin militer yang tangguh dan cerdas, diangkat oleh pasukannya menjadi Sultan (1260- 1277 M).Ia adalah sultan terbesar dan termasyhur di antara Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti Mamalik.Sejarah daulah ini hanya berlangsung sampai tahun 1517 M, ketika dikalahkan oleh Bani Utsmani, Daulah ini dibagi menjadi dua periode :
1.      Periode kekuasaan Mamluk Bahri, sejak berdirinya (1250 M) sampai berakhirnya pemerintahan Hajji II tahun 1389 M.
2.      Periode kekuasaan Mamluk Burji, sejak berkuasanya Burquq untuk kedua kalinya tahun 1389 M sampai kerajaan ini dikalahkan oleh Bani Utsmani tahun 1517 .

F.     Runtuhnya Dinasti Mamluk
Kemajuan-kemajuan dinasti Mamalik ini tercapai berkat keperibadian dan wibawa Sultan yang tinggi, marubah sesama ketenteraan yang kuat dan kestabilan negara yang aman dari gangguan.Akan tetapi, ketika faktor-faktor tersebut menghilang, dinasti Mamalik sedikit demi sedikit mengalami kemunduran. Semenjak masuknya  hamba-hamba dari Sirkasia yang kemudian dikenal dengan nama Mamluk Burji, yang pertama kalinya dibawa oleh Qalawun, maruah antara  tentera menurun, terutama setelah Mamluk Burji berkuasa.

Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan.Kemewahan dan kebiasaan berfoya-foya dikalangan penguasa menyebabkan cukai dinaikkan.Akibatnya, semangat kerja rakyat menurun dan ekonomi Negara tidak stabil.Maka, suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tentangan  bagi Mamalik, yaitu kerajaan Usmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat Mamalik di Mesir. Dinasti Mamalik kalah melawan pasukan Usmani dalam pertempuran  di luar kota Cairo pada tahun 1517 M. Sejak itu wilayah Mesir berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani sebagai salah satu wilayahnya.Mamluk pada awalnya adalah para budak di Kekhalifahan Abbasiyah. Sejak tahun 850 M, para khalifah Abbasiyah mengambil dan membawa para pemuda non-Muslim sebagai budak dan mendidik mereka menjadi tentara Muslim Sunni dalam pasukan budak.Para budak dalam pasukan Mamluk ini semakin lama jumlahnya semakin banyak.
Pada tahun 1144 M, seorang jenderal Mamluk bernama Imaduddin Zengi menaklukan Edessa, salah satu negara yang didirikan oleh orang Eropa setelah Perang Salib Pertama.Dia dibunuh oleh budaknya sendiri tidak lama setela itu, ketika dia ketahuan meminum anggur.Ketika pasukan Salib datang kembali untuk merebut lagi Edessa, putra Zengi, Nuruddin, berhasil menghalau mereka.Setelah itu Nuruddin mendirikan dinastinya sendiri dengan menaklukan Damaskus dari penguasa Muslim lokal.
Pada tahun 1100-an M, orang Mamluk lainnya bekerja kepada para sultan Ayyubiyah di Mesir dan Suriah, namun sedikit demi sedikit mereka mengambil kekuasaan dari para sultan itu.Pada tahun 1244 M, orang Mamluk menaklukan Yerusalem dari pasukan Salib.Pada tahun 1245 M raja Louis IX dari Prancis melancarkan Perang Salib Ketujuh untuk merebutnya kembali, namun dia malah ditangkap oleh Mamluk.Pada tahun 1250 M Syajar al-Durr, ibu dari sultan Ayyubiyah terakhir, membunuh putranya dan berkuasa sendiri.Dia mencetak uang dan membuat dekrit.Dia juga mengakhiri Perang Salib Ketujuh melalui negosiasi dan membiarkan Louis pergi.Syajar al-Durr dengan segera harus menikahi pemimpin Mamluk, Aybak, supaya tetap berkuasa, namun dia terus memerintah dan pada tahun 1257 dia membunuh Aybak.Setelah itu dia ditangkap dan dihukum mati.Ini membuat Mamluk dapat menguasai Mesir dan Suriah.

Komentar

  1. subhanallah ..

    sabrina(211-13-046)

    BalasHapus
  2. http://muhamandrianto.blogspot.com/2014/01/bani-mamluk-dan-seljuk.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

AL HAKIM, MAHKUM FIH DAN MAHKUM ALAIH

Oleh: Siti Farida Sinta Riyana (11510080); Nur Aufa Handayani (11510081); Ahmad Ali Masrukan (11519985); Mayura (11510096); dan Muryono ( 11511038) A.       Al Ahkam 1.         Pengertian Al-Ahkam (hukum), menurut bahasa artinya menetapkan sesuatu atas sesuatu. Sedang menurut istilah ialah ‘Khithab (titah) Allah Swt. atau sabda Nabi Muhammad Saw. yang berhubungan dengan segala amal perbuatan mukallaf , baik itu mengandung perintah, larangan, pilihan, atau ketetapan.

HUKUM SYAR’I (ا لحكم الشر عي)

OLEH: Ulis Sa’adah (11510046); Langga Cintia Dessi (11510089); dan Eka Jumiati (11510092) A.       HAKIKAT HUKUM SYAR’I Menurut para ahli ushul fiqh (Ushuliyun), yang dikatakan hukum syar’i ialah khitab (sabda) pencipta syari’at yang berkaitan dengan perbuatan orang-orang mukallaf yang mengandung suatu tuntutan, atau pilihan atau yang menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat atau penghalang bagi adanya sesuatu yang lain.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KHILAFIYAH

Disusun Oleh : Abdul Majid (111-11-074); Irsyadul Ibad (111-11-094);  dan Dwi Silvia Anggraini   (111-11-095) PENDAHULUAN Perbedaan selalu ada dalam kehidupan karena hal ini merupakan sunah Rasul yang berlaku sepanjang masa. Perbedaan juga terjadi dalam segi penafsiran dan pemahaman hukum yang berlaku. Seperti yang kita ketahui hukum tidaklah sekaku dalam hal penerapannya pada masa awal islam, pada masa itu Nabi Muhammad sebagai tolak ukur  dan akhir dari setiap permasalahan yang ada pada masa itu. Akan tetapi perbedaan itu semakin jelas terlihat ketika era para sahabat dan para tabi’in yang ditandai dengan adanya berbagai aliran atau madzhab yang bercorak kedaerahan dengan tokoh dan kecenderungan masing-masing.