Langsung ke konten utama

MASUKNYA ISLAM DI AFRIKA SUB-SAHARA


Resume oleh: Riyanti (090)

Sebelum membicarakan Islam di Bilad al-Sudan (Sub-Sahara), alangkah baiknya dibicarakan tentang suatu gambaran umum tentang Afrika, kondisi alam dan masyarakat Sudan khususnya, dan Afrika pada umumnya, maka memperoleh jawaban dari mengapa Afrika masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan benua lain, padahal Mesir pernah menduduki sebagai pusat perkembangan kebudayaan dunia ± 3500 SM. Afrika Sub-Sahara adalah istilah yang dipergunakan guna menggambarkan negara-negara sekitarnya.

1.       Kondisi Alam
Benua Afrika adalah benua yang terluas nomor dua di dunia. Luasnya 11.530.000 mil persegi atau tiga kali luas dari benua Eropa. Jika digabung dengan Moritius dan pulau-pulau lainnya, maka luas wilayah menjadi 30.224.050 km2 yakni Afrika meliputi 20,3% dari seluruh total daratan bumi. Afrika adalah tempat tinggal manusia yang paling awal, dari benua inilah kemudian menyebar ke benua-benua lain. Afrika adalah tempat dimana garis evolusi kera menjadi berbeda dari protohuman tujuh juta tahun yang lalu. Di benua ini merupakan satu-satunya benua yang didiami nenek moyang manusia hingga sekitar dua juta tahun lampau ketika Homo erectus berkemban ke luar Afrika.
Kata Afrika berasal dari bahasa Latin, Africa terra “tanah Afri” (bentuk jamak dari “Afer”) untuk menunjukan bagian utara benua itu, saat ini merupakan bagian dari Tunisia. Asal kata Afer kemungkinan dari bahasa Finisia; afar = debu, atau dari bahasa Yunani “Aphrike” berarti tanpa dingin, atau bahasa Latin, aprica= berat cerah.
Benua ini dipisahkan dari eropa oleh Laut Tengah dan selat Gibraltar, menyatu dengan benua Asia di ujung Timur Lautnya melalui Terusan Suez, memiliki lebar 130 km. Semenanjung Sinai kini menjadi wilayah mesir, sering dianggap sebagai bagian dari Afrika. Dari ujung paling utara (bagian barat Afrika Utara), Cape Spartel di Maroko, di 37˚21́ lintang Utara, ke ujung paling selatan Cape Agulhas di Afrika Selatan, 34˚51́ 15 lintang selatan, tentang jarak sekitar 8.000 km, dari ujung paling barat, Cape Verda, 17˚33́ 22" bujur Barat, sampai ujung paling timur, Ras hafundi Somalia, 51˚27́ 52" bujur Timur, yang jaraknya sekitar 7.400 km. Panjang garis pantainya 26.000 km.
Sejak zaman es, wilayah Afrika Utara dan Sub-Sahara telah dipisahkan oleh iklim yang luar biasa keras di daerah gurun pasir Sahara yang jarang ada penduduk, membentuk sebuah rintangan alami yang dilalui oleh sungai Nil, Bilad al-Sudan istilah masa kini untuk Sub-Sahara digunakan untuk memperlihatkan gambaran umum, bahwa Afrika utara sebagai bagian atas dan Afrika Selatan sebagai bagian bawah. Afrika adalah satu-satunya benua yang dilewati garis khatulistiwa, baik garis balik utara maupun garis balik selatan. Sungai Nil, sungai terpanjang didunia setelah Amazon, mengalir dari selatan ± 6.000 km.
Di Afrika juga terdapat air terjun yang paling terkenal adalah air terjun Victoria yang ditemukan oleh David Livingston (1885 M), dengan ketinggian 108 m. Sungai Orange merupakan sungai terpanjang di Afrika Selatan.
 Ditinjau dari segi geografis Afrika terbagi atas tiga hal. Pertama, daerah pegunungan yang tinggi dengan hutannya yang lebat. Kedua, daerah gurun pasir yang luas. Ketiga, daerah dataran tinggi yang luas. Afrika menghasilkan ¼ hasil bumi dunia. Benua ini memiliki iklim panas yang lebih banyak dibandingkan musim hujan. Meskipun Afrika panas, tetapi punya perbedaan ketinggian setiap tempat dari permukaan air laut, bahkan di kawasan khatulistiwa salju abadi dapat dijumpai di lereng pegunungan yang tinggi, seperti di gunung kalimanjaro, Gunung Meru, dan sebagainya.
   
2.      Keadaan Penduduk
Penduduk Afrika dapat dibagi menurut tempat yang didiami mereka, sebelah utara, bangsa Berber dan sebelah selatan adalah tempat tinggal bangsa Negro. Benua ini merupakan tempat asal orang Negro diseluruh dunia. Penduduk Afrika terdiri dari dua kelompok besar rumpun bangsa. Yaitu, Berber yang telah telah mendiami wilayah sekitar Laut Tengah, mereka telah berkebudayaan Arab. Lalu, Negro yang mendiami wilayah di selatan Gurun pasir Sahara. Rumpun bangsa Negro ini terdiri atas tiga grup, yaitu Negro Asli, Separo, Hamite, dan Bantu.
Negro Asli pada umumya berdiam di pantai Guinea, pantai barat Afrika. Warna kulitnya hitam, rambut keriting, hidung pesek, dan bibir tebal. Contoh dari rumpun bangsa ini ialah bangsa-bangsa Mandingo, Ashanti, Youra, dan Hausa. Orang Negro inilah yang banyak sekali dikejar-kejar untuk dijadikan budak.
Orang Hamite ialah keturunan para emigran dari Caucasus yang berasimilasi (kawin) dengan pribumi Afrika. Dalam rumpun bangsa Hamite ini termasuk juga suku-suku bangsa seperti Masai, Nandi, dan Lumbwe. Warna kulit mereka agak kemerah-merahan dan penghidupan mereka umumnya pertanian. Suku bangsa ini yang erat hubungannya dengan orang Hamite atau juga dikenal Nilotes ini pada umumnya berdiam di lembah sungai Nil Selatan Khartun seperti orang-orang Dinka, dan Sylluk.
Grup rumpun III, Bantu adalah yang terbesar diantara tiga grup. Mereka berdiam disebelah timur dan selatan Afrika dengan mengambil luas sepertiga wilayah Afrika. Orang Bantu ini pada dasarnya sama Negro dengan karakter Hamite. Pada umumya, mereka hidup di pedalaman Afrika.
Ada tiga kelompok suku bangsa yang jumlahnya makin merost. Di hutan Kongo, orang orang Pigmy hanya berjumlah sekitar 100.000 jiwa. Bushman yang berdiam di tepi Gunung Kalahari hanya berjumlah 50.000 jiwa, mata pencariannya berburu yang masih primitif tidak mampu menyesuaikan diri hingga mereka menghadapi ancaman kepunahan. Minoritas non- Afrika adalah keturunan Eropa yang berjumlah 4,5 juta, terutama tinggal di Afrika Selatan. Setelah negara-negara Afrika merdeka, jumlah mereka terus merosot, sedangkan kedudukan orang Asia termasuk Lebanon, Suriah, dan anak benua India terus memburuk karena dominasi politik dan ekonomi minoritas Eropa di Afrika Selatan.
Afrika juga mengalami perpindahan penduduk dengan dengan kecenderungan ke arah urbanisasi yang begitu cepat bersamaan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Di Afrika Timur kota perdagangan yang penting ialah Zanzibar. Nairobi sebagai ibu kota Kenya dianggap cocok sebagai pusat pengembangan jaringan kereta api di Afrika Timur. Negeri ini yang paling banyak dikunjungi wisatawan manacanegara setelah Mesir.
  
3.      Ekonomi
Pada umumnya Afrika Sub-Sahara adalah wilayah termiskin di dunia yang diakibatkan selain kondisi alam yang tidak bersahabat juga oleh warisan kolonialisme, neokolonialisme, konflik antar etnis, dan perselisihan politik. Benua Afrika adalah benua termiskin walaupun menghasilkan 1/4 kekayaan bumi di dunia. Pertanian masih menjadi mata pencaharian utama oleh sebagian besar penduduknya, dan hal ini akan terus berlangsung dimasa yang akan datang.

4.      Agama
Orang Afrika terutama bangsa Negro yang sangat majemuk, aktivitas atau keyakinan keagamaan juga bermacam-macam, dan berbeda-beda dengan muslim (40%) dan kristen (40%) dua hal ini yang paling terbesar. Kurang lebih 20% adalah berpaham paganisme. Di samping itu, ada juga memeluk Yudaisme, seperti suku Beta Israel dan Lemba.
Agama memiliki peranan besar dalam kehidupan sehari-hari Afrika Utara terutama Mesir. Secara tidak resmi adzan yang dikumandangkan lima kali sehari menjadi penentu berbagai kegiatan, misalnya di Kairo terkenal dengan berbagai arsitektur dan masjid dengan menaranya yang indah. Menurut konstitusi Mesir, semua perundang-undangan harus sesuai dengan hukum Islam. Mazhab Hanafi sebagai mazhab resmi negara. Imam dilatih di sekolah keahlian iman di Universitas al-Azhar.

5.      Bahasa
Bahasa Afro-Asiatik menyebar sampai ke Sahel dan Asia Barat Daya. Bahasa Niger-Kongo dipisahkan untuk menunjukan ukuran sub-kelompok bahasa Bantu. Afrika memiliki bahasa lebih dari ribuan. Ada empat kelompok bahasa besar yang berasal dari benua ini, yaitu:
1)      Kelompok Bahasa Afro-Asiatik, sebuah kelompok bahasa yang terdiri dari sekitar 240 bahasa dan 285 jiwa juta penutur yang tersebar luas di sepanjang Afrika Utara, Afrika Timur, Sahel, dan Asia Barat Daya.
2)      Kelompok Bahasa Nil-Sahara terdiri dari seratus bahasa lebih, dituturkan oleh 30 juta orang. Bahasa Nil-Sahara kebanyakan diucapkan di Chad, Sudan sekarang, Ethiopia, Uganda, Kenya, dan sebelah utara Tanzania.
3)       Kelompok Bahasa Niger-Kongo mencakup kebanyakan dari Afrika bagian sub-Sahara dan kemungkinan adalah kelompok bahasa terbesar diantaranya adalah bahasa Bantu yang digunakan disebagaian besar Afrika bagian Sub-Sahara Selatan.
4)      Kelompok Bahasa Kohisan yang terdiri dari ± 50 bahasa dan dituturkan di sebelah selatan Afrika oleh ± 120.000 jiwa. Banyak dari bahasa Kohisan adalah bahasa yang terancam punah. Suku Kohi dan San dianggap sebagai penduduk asli di wilayah ini.
Beberapa negara di Afrika Timur hampir seluruh negara di Afrika telah mengadopsi bahasa resmi yang berasal dari luar benua ini, melalui kolonialisme atau perpindahan penduduk. Beberapa negara menggunakan bahasa Inggris dan Perancis sebagai bahasa resmi negara.

6.      Kebudayaan
Afrika disini dimaksud ialah wilayah Afrika di sebelah Selatan gurun pasir Sahara. Masyarakat di daerah ini dikatakan orang yang tidak punya sejarah masa lampau. Dari 21 kebudayaan yang maju di dunia yang dicatat oleh Arnold Toyenbee tidak satupun yang menyebut kebudayaan Negro. Cornelis dalam, African Dilemma mencatat, bahwa Afrika Selatan Sahara adalah miskin dan lemah. Mereka tidak pernah memiliki abjad sendiri, tidak ada perhitungan tanggal, kalender, tidak memiliki mata uang, bahkan tidak mengenal buku dan roda. Mereka adalah makhluk yang hidup dalam ketakutan dan takhayul, hidup tanpa harapan dalam genggaman magis dan tenung.
Keterbelakangan Afrika memang suatu ironi sejarah, padahal di benua ini pula berpusat dan berkembang kebudayaan manusia pertama. Penyebab sesungguhnya dari keadaan seperti ini ialah terisolasinya Afrika dari dunia luar. Gurun Sahara yang melintang 1000 mil menjadi tirai  besi pertukaran budaya. Ditambah lagi dengan hutan yang lebat banyak macam penyakit menakutkan seperti yang diakibatkan oleh lalat Tsettse yang menyebabkan sakit tidur. Hal ini membuat banyak orang kehilangan keberanian untuk menerobos pedalaman Afrika.

7.      Potensi Afrika
Terlepas dari keterbelekangan dan kegagalan Afrika dalam menyumbang kebudayaan dunia masa lalu, orang Afrika bukanlah orang yang rendah. Para antropology membicarakan tentang kejeniusan mereka yang artistik dan banyak kualitas mereka yang mengagumkan, seperti sikap persahabatan dan riang gembira. Sebaliknya juga mereka dengan gampang memutuskan persahabatan mereka yang cukup lama.
Berdasarkan hasil test intelegensi, tidaklah ditemukan secara substansi bahwa orang Negro memiliki intelegensia yang rendah dari orang Barat. Namun ada kelemahan orang Afrika di bidang berfikir, emosi terlalu dominan dan energi mereka terjadi pada interval yang tidak beraturan. Jika efek-efek magis hitam (black magic), penyakit dan tirani suku yang konservatif dapat dihilangkan, dan mengedepankan teknologi maju daripada terkukung dalam fanatisme sukuisme di atas agama, serta orang terpelajar Afrika yang energik dan berfikir logis tampil ke depan, maka tidak ada bedanya seorang Afrika dengan seorang Inggris/Perancis.

8.      Islamisasi di Sub-Sahara
Sumber-sumber sejarah Islam di Afrika Barat khususnya dan Bilad al-Sudan terbagi atas dua kategori, eksternal dan internal. Yang pertama, terbagi lagi dalam Islam dan Eropa dan yang kedua juga terbagi lagi dalam oral dan tulisan. Dalam periode awal hanya ada catatan yang terpencar-pencar yang dibuat oleh para ahli ilmu bumi dan sejarawan muslim, bersama-sama dengan sedikit laporan tangan pertama seperti yang diberikan oleh Ibn Batutah. Kemudian, sejak waktu avonturis Eropa dan para eksplorasi mendarat di pantai Barat Afrika, mulailah meningkat laporan-laporan tentang Afrika Barat yang disampaikan oleh pelawat. Akhirnya, diperoleh riwayat-riwayat lisan dari pribumi sendiri. Semua laporan ini termasuk juga koleksi arsip para kronikler pada masa itu.
Laporan-laporan yang disusun oleh Khawarizmi, dan para sarjana muslim lain, pada masa awal, banyak bergantung pada teori-teori Ptolemeus, karena itu banyak mencantumkan nama-nama Afrika secara serampangan, Ibn Hawqal (961 M) memberikan komentar yang berbau intrik. Barulah dari Bakri dapat diperoleh banyak tulisan yang bebas tentang Afrika. Para penulis berikutnya sangat bergantung pada informasi literer dan materi-materi, disusun secara tidak membedakan waktu dan nilai dari sumber-sumber yang mereka pergunakan. Oleh karena itu, sulit sekali untuk menentukan termasuk dalam periode kapan suatu peristiwa terjadi. Sebagai contoh kota Gana dihancurkan pada 1240 M, dan orang harus ambil kesimpulan dengan menggunakan bukti-bukti lain guna menentukan apakah kota itu masih eksis ataukah nama Gana itu sudah dipergunakan untuk kota lain pada awal abad ke-14 M, saat Abu al-Fida dan Ya’qubi, yang menyusun kamus ilmu bumi pada 1212-1229 M, menggunakan kitab al-Azizi ditulis oleh al-Husain Ibn Ahmad al Muhallabi (375/985), bahkan ada sumber yang digunakan jauh lebih awal dari al-Husain. Sayang, kitab ini telah hilang.
Sumber internal terbagi juga dua, yaitu oral dan tulisan. Sumber oral yang memuat cerita epik, legenda sembahan, mythology disamping tabu dan adat kebiasaan mainkan peran penting dalam mantrasmasikan warisan budaya, namun sumber ini tidak dapat digunakan sebagai sumber sejarah.
Tradisi tertulis sangat jarang dijumpai bagi sejarah Afrika Sub-Sahara. Hanya atas pengaruh Islamlah yang telah memperkenalkan kearsipan dan abjad, yang sangat bernilai dalam mempelajari sejarah Sudan yang terbagi dalam dua tipe sejarah yang ditulis sejarawan muslim. Pertama, yang berwujud sejarah pemerintah, fungsi para punggawa, dan qadli. Misalnya, Tadzkirah al-Nishan yang tidak diketahui nama penulisnya yang membuat daftar nama pasya (almanin dan qadli) Timbukte-Jenne antara 1590-1750 M secara alfabetis, yang berupa koleksi tiga atau empat generasi para pejabat. Kerajaan Islam terbesar di Sudan, Songhay. Kedua, kitab al-Fattasyi yang memuat kronologi Dinasti Askiya yang berkuasa di Songhay. Kitab ini memuat juga legenda-legenda dan catatan-catatan tentang pendiri dinasti sampai kehancurannya oleh Maroko (1599 M). Buku tersebut ditulis oleh tiga generasi yang dimulai Mahmud al-Kali (lahir 1468 M) dimulai pada 1519 dan diselesaikan oleh cucunya Ibn Mutchtar pada 1665 M.
Kesulitan dalam memahami sejarah Afrika juga disebabkan karena sukarnya diperoleh dokumen-dokumen sejarah. Perang antar dinasti dan kerusuhan dikalangan dinasti sendiri sering memisahkan dokumen-dokumen sejarah yang sangat penting. Misalnya, serangan suku Fulbe ke negara-negara Hausa atau serangan Hausa ke wilayah Yourba, diberitakan telah memusnahkan semua kronik Hausa ataupun Yourba, sehingga catatan kronik, dan lain-lain yang tinggal dalam ingatan saja. Hanya kronik Kano yang masik eksis. Kronik dinasti Zaria di Abuja (Nigeria) hanya daftar nama penguasa saja yang ditemukan. Umar Ibn al Kanemi juga telah membakar kronik Bournu. Pada abad ke-19 M, orang Barat mengumpulkan manuskrip dan dokumen yang kini dijumpai di perpustakaan negara-negara Barat. Seperti, di Bibitheque Nationale di Paris, museum Inggris di London, Istambul, dan Kairo.

Penyeberan Islam
Islam telah mencapai wilayah Sub-Sahara pada masa kepemimpinan ́Uqbah saat Bani Umayah berkuasa di Damaskus. Dialah yang berperan cukup besar dalam menembus padang pasir Sahara, termasuk wilayah-wilayah Sudan. Ia juga berhasil membuka jalan ke kota Awdagost. Sebagai wali Ifriqiyah, ́Uqbah telah menembus daerah-daerah itu, bahkan sampai ke Kawar dan beberapa wilayah Negro (666-671M) dan pada periode kedua (semasa Yazid Ibn Muawiyah) ia memperluas wilayah sampai ke Maroko. Trimingham, 1962: 16-17:mencatat: “perluasan wilayah dan Islamisasi ke Fezzan tidak terjadi pada masa ́Uqbah melainkan semasa Malik pada pertengahan abad ke-8 M, Awal periode Abbasiah bukan oleh ́Uqbah yang hanya menyerang Fezzan tapi tidak ditaklukannya.
Masuknya Islam secara formal dan besar-besaran di wilayah Bilad al-Sudan, terjadi pada masa Dinasti al-Murabithun (1091-1147 M dan al-Muwahhidun 1147-1228 M). Dimana sebelum Islam menaklukan wilayah Afrika Utara, ± 500 tahun tahun dijajah Bizantium. Mereka tidak dapat menembus Sub-Sahara saat itu dikarenakan kondisi alam yang tidak bersahabat. Pada penghujung periode Bizantium di Afrika Utara diintodusir penggunaan unta sebagai alat pengangkutan yang memberi kemungkinan untuk bergerak lebih cepat sehingga mendorong aktivitas Berber dalam bidang lalu lintas kafilah. Akhirnya berkembang kota-kota dagang di Sahil, yang memberi peluang untuk kontak dengan peradaban Laut Tengah (peradaban Islam di Afrika Utara) di Afrika Barat, maka Islam mulai masuk dan tersebar di Sudan tidak terkecuali di Afrika Barat yang dilakukan oleh para pedagang Berber muslim. Orang Murabithun secara khusus mengorganisasi orang bersenjata yang terdiri dari Berber dari suku Sanhaja dari Lamtuna yang bermayoritas Syi’ah. Akhirnya, menjadi kota Awdaghost sebagai kota muslim yang berkarimastis. Semula suku Sanhaja yang nomaden berkulit putih berkelana di Sahara Barat. Mereka menutup muka dari terik panas gurun pasi, maka dijuluki al-Mulatssium. Semula mereka adalah penyembah matahari yang bergabung dengan suku-suku Lamtuna seperti Masufa, Godala, dan Masmuda untuk mengontrol dan menguasai jalur perdagangan di Utara Sahara yang dikuasai oleh pesaing bebuyutan, Zanata (mayoritas Sunni) samapai keselatan Ghana untuk mengontrol kafilah yang datang dari Awdaghost. Lamtuna, suku Berber yang paling kuat datang ke Ardar, Mauritania sekitar abad ke-8 M. Sekitar 1020 M konfedarasi para pemimpin di bawah kekuatan Lamtuna yang dipimpin oleh Tarsina (dari Lamtuna), dari Sanhaja setelah naik haji. Ia mengadakan perang jihad terhadap Negro dan wafat 1023 M. Menantunya, Yahya Ibn Ibrahim (suku Godala) menggantikan posisi Tarsina, naik haji bersama para kepala suku termasuk suku Sanhaja. Dalam perjalanan pulang singgah di Qayrawan, kemudian mengajak seorang ulama, bernama Abu Imam Musa Ibn Isa (1038 M) untuk mengajar di negerinya. Meskipun, ia tidak dapat memenuhi ajakannya, namun dengan nasehat Abu Imran agar Yahya menjumpai pemimpin pesantren Dar al-Murabithun di Nafis, Wajjaj Ibn Zalwi yang menugaskan Abdullah Ibn Yasin untuk berangkat. Abdullah dapat reaksi keras dari kalangan tradisional masyarakat Sanhaja atas pembaruannya.
Setelah Yahya wafat, Abdullah tidak berhasil menyebarkan agama Islam di sana, kemudian pindah ke Sudan. Kemudian mereka mendirikan ribath (pondok sufi) di pantai Atlantik (Mauritania). Lahirlah kelompok militan yang dinamakan al-Murabithun 1056-1146 M. Kemudian pada 1040 Abdullah mengangkat Yahya Ibn Umar sebagai juru dakwah yang bersama denagan 1000 pengikut datang ke Lamtuna, mereka adalah anak cabang dari suku Sanhaja di Maroko Selatan mengarungi Gurun Sahara sampai daerah Sungai Niger, sambil mengislamkan orang yang berkulit hitam. Penduduk Afrika Barat berpaham Animisme, yaitu menyembah berhala. Gerakan orang Murabithun berhasil mengislamkan daerah tersebut.
Abdullah ibn Yasin mengajarkan Islam atas permintaan dari kepala suku Lamtuna. Ia mengumpulkan suku Lamtuna dan bertempat tinggal bersama di daerah Senegal. Mereka melatih para pengikutnya di Ribath tersebut. Setelah mendapat pengikut yang relatif banyak, mereka mulai menyerang karajaan Ghana, yang tidak mau tunduk dan hanya menindas rakyatnya. Gerakan ini jelas adanya pemikiran politik di kalangan mereka untuk membela ajaran Islam.
Setelah orang Murabithun menaklukan daerah daerah Selatan termasuk Awdaghost, pemimpin mereka Yahya ibn Umar wafat dan digantikan Abdullah. Ia kembali ke Maroko pada 1056-1057 M. Sewafatnya Abdullah digantikan Abu Bakar ibn Umar sebagai panglima di Sub-Sahara yang diangkat oleh Yusuf ibn Tasfin.
Pada masa Dinasti al-Muwahhidun juga melakukan hal yang sama, yaitu mengislamkan daerah-daerah Sub-Sahara ini. Orang Muwahhidun menuduh al-Murabithun menghancurkan suku Sanhaja. Sejak itu wilayah al-Muwahhidun meliputi Afrika Utara sampai Samudera Atlantik. Al-Murabithun maupun al-Muwahhidun cukup lama berkuasa di Andalusia saat al-Muluk al-Tawaif sudah lemah. Karena wilayah kekuasaanya melebihi dari wilayah kekuasaan khalifah Abbasiah di Baghdad waktu itu, jauh dari pusat kekuasaan Abbasiah, Baghdad, dan para khafilah Abbasiah yang sangat lemah, maka Abdul Mu’min resmi memakai gelar Khalifatullah. Setelah 1212, Dinasti al-Muwahhidun akhirnya terbelah menjadi beberapa dinasti yang mandiri dan menyatakan kemerdekaanya. Sementara itu, selain Islamisasi bersifat formal yang dilakukan al-Murabithun dan al-Muwahhidun di daerah Sub-Sahara, penyebaran Islam juga melalui proses Islamisasi dengan cara kultural. Penyiaran Islam tersebut di antaranya melalui media perdagangan. Mereka membangun pemukiman padagang muslim di wilayah-wilayah Sudan. Sambil melakukan proses perekonomian, mereka juga melakukan dakwah Islamiah. Di sepanjang bagian barat Afrika Sub-Sahara Islam dapat diterima dengan mudah oleh suku Soninke dan nenek moyang suku Tokolor. Dari sini penyiaran Islam ke Timur sampai ke lembah Senegal. Sebagai perbandingan sebelum era al-Murabithun dan al-Muwahhidun proses Islamisasi di Sub-Sahara persis seperti di nusantara yakni melalui jalur budaya.
Kawasan sudan sangat potensial bagi para saudagar emas yang juga membawa dagangan dari pusat-pusat transito perdagangan, budak yang disuplai ke Eropa (Konstantinopel) dan Asia lebih-lebih pada masa kejayaan kekhalifahan-kekhalifahan Abbasiah, Fatimiah, dan Umayah di Andalusia. Dengan adanya perdagangan antar benua, Afrika membangun jalur-jalur dan pusat-pusat kota Islam di sana. Jalur yang menghubungkan Afrika Utara dengan Sub-Sahara yaitu, dari Fusfat dan Kairo ke Fezzan yang menghubungkan juga dengan Tripoli di Libya. Dari Fezzan menuju keselatan Kawar sampai Kanem. Dari Kanem selanjutnya sampai Afrika Selatan. Sementara dari jalur-jalur Sub-Sahara Timur yang menghubungkan Kairo/Fusfat melalui Fezzan. Munculya pos-pos perkotaan Islam tersebut sebagai implikasi dari jalur perdagangan budak dan emas.
Pengaruh Islam akhirnya hampir seluruh Sub-Sahara menjadi penduduk yang mayoritas muslim. Muncul banyak negara-negara di Senegal, Imperium Sninke di Ghana, dan negara-negara di bawah Imperium Mali yang sangat berperan aktif dalam usaha Islamisasi di sana. Sejak Abad 18-19 M negara-negara muslim Sub-Sahara semuanya menjadi jajahan negara-negara Eropa. Mereka membagi dan menguasai negara-negara tersebut seperti membagi roti di antara sesama mereka. Walaupun (Abad ke-20 M) negara-negara Afrika yang berkulit hitam sudah merdeka, namun wilayah yang memproduksi seperempat kekayaan dunia, namun ekonomi politik Afrika masih terbelenggun dengan Barat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AL HAKIM, MAHKUM FIH DAN MAHKUM ALAIH

Oleh: Siti Farida Sinta Riyana (11510080); Nur Aufa Handayani (11510081); Ahmad Ali Masrukan (11519985); Mayura (11510096); dan Muryono ( 11511038) A.       Al Ahkam 1.         Pengertian Al-Ahkam (hukum), menurut bahasa artinya menetapkan sesuatu atas sesuatu. Sedang menurut istilah ialah ‘Khithab (titah) Allah Swt. atau sabda Nabi Muhammad Saw. yang berhubungan dengan segala amal perbuatan mukallaf , baik itu mengandung perintah, larangan, pilihan, atau ketetapan.

HUKUM SYAR’I (ا لحكم الشر عي)

OLEH: Ulis Sa’adah (11510046); Langga Cintia Dessi (11510089); dan Eka Jumiati (11510092) A.       HAKIKAT HUKUM SYAR’I Menurut para ahli ushul fiqh (Ushuliyun), yang dikatakan hukum syar’i ialah khitab (sabda) pencipta syari’at yang berkaitan dengan perbuatan orang-orang mukallaf yang mengandung suatu tuntutan, atau pilihan atau yang menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat atau penghalang bagi adanya sesuatu yang lain.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KHILAFIYAH

Disusun Oleh : Abdul Majid (111-11-074); Irsyadul Ibad (111-11-094);  dan Dwi Silvia Anggraini   (111-11-095) PENDAHULUAN Perbedaan selalu ada dalam kehidupan karena hal ini merupakan sunah Rasul yang berlaku sepanjang masa. Perbedaan juga terjadi dalam segi penafsiran dan pemahaman hukum yang berlaku. Seperti yang kita ketahui hukum tidaklah sekaku dalam hal penerapannya pada masa awal islam, pada masa itu Nabi Muhammad sebagai tolak ukur  dan akhir dari setiap permasalahan yang ada pada masa itu. Akan tetapi perbedaan itu semakin jelas terlihat ketika era para sahabat dan para tabi’in yang ditandai dengan adanya berbagai aliran atau madzhab yang bercorak kedaerahan dengan tokoh dan kecenderungan masing-masing.