Langsung ke konten utama

Biografi Ahmad bin Muhammad bin Hambal (164 H-241 H)




Oleh: Maghfirotul Mafakhir (111-12-007)
( Resumt dari buku karya Dr. Ahmad Asy-Syurbani, Sejarah dan Biografi Empat Imam Madzhab, Jakarta: PT Bumi Aksara, hal.190-257 )

Ahmad bin Muhammad bin Hambal atau Ahmad bin Hambal adalah imam yang keempat dari para fuqaha Islam.  Beliau adalah seorang yang mempunyai sifat luhur dan tinggi dan imam bagi umat Islam seluruh dunia, juga sebagai imam Darul Salam, mufti bagi negeri Irak dan seorang yang Alim tentang hadist-hadist Rosulullah SAW  juga seorang yang suhud, penerang untuk dunia dan sebagai contoh dan teladan bagi orang-orang ahli sunah, seorang yang sabar dikala menghadapi cobaan dan seorang yang sholeh dan zuhud. Beliau hidup dizaman pemerintahan Abbasiyah.

1.      Kelahiran dan keturunan Ahmad bin Hambal
Ahmad bin Hambal dilahirkan dikota Baghdad pada bulan Rabi’ul Awal tahun 164 H, yaitu setelah ibunya berpindah dari kota Murwa tempat tinggal ayahnya. Beliau adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyain bin Abdullah bin Anas bin Auf bin Qasit bin syaiban yang mendapat gelar Al Mururi kemudian Al-Baghdadi. Ibnu Hambal termasyhur dengan nama datuknya “hambal”. Bapaknya meninggal dunia sewaktu beliau masih kecil. Oleh karena itu beliau hidup sebagai seorang yatim yang diasuh oleh ibunya saja, yang bernama Safiyyah binti Maimunah binti Abdul MaliknAsy-Syabani.
Ibnu Hambal hidup sebagai seorang  rendah  dan miskin karena bapaknya tidak meninggalkan warisan kepadanya selain dari sebuah rumah yang kecil yang didiaminya. Oleh karena itu beliau menempuh kehidupan yang susah beberapa lama sehingga beliau terpaksa bekerja untuk mencari kehidupan hidup. Diantara pekerjaan yang pernah beliau lakukan seperti jahit dan memungut sisa tanaman yang tertinggal sesudah musim panen setelah mendapat izin dari pemiliknya, di waktuyang lain juga beliau mengambil upah menulis, mengambil upah menenun kain dan kadang kala beliau terpaksa mengambil upah membawa barang di jalan-jalan. Sungguh beliau sangat berhati-hati dan menjaga dengan perkara yang halal, tidak menerima perkara yang ada subhatnya dan tidak pula menerima hadiah-hadiah dan pemberian-pemberian.
2.      Menuntut Ilmu
Ibnu Hambal menghafal Al-Qur’an dan mempelajari bahasa. Beliau belajar menulis dan mengarang, pada waktu itu beliau berumur 14 thn. Sebagian dari pelajarannya ialah dipelajari dari Abu Yusuf. Pada permulaanya beliau menyalin kitab-kitab yang berdasarkan kepada pemikiran seta beliau menghafalnya, kemudian beliau tidak lagi menetapinya bahwa Beliau lebih gemar mempelajari hadist, oleh karena itu beliau mengumpulkan dari berbagai tempat mulai tahun 179 H. Diantaranya beliau pernah mengembara di makkah, madinah, Syam, Yaman, Kufah, Basroh, dan Jazirah untuk menuntut ilmu.pengembaraannya yang pertama di Kufah pada tahun 133 H dan ditahun itulah gurunya yang bernama Husyaim bin Busyair meninggal dunia, kemudian di Basrah pada tahun 186 H dan pada tahun itulah beliau pertama kali mengerjakan ibadah haji pada tahun 187 H .
3.      Guru-guru Ibnu Hambal
·         Abi Yusuf bin Ibrahim Al-Qadhi : ilmu fiqih dan hadist
·         Husyaim bin Basyir bin Abi Khasim Al-Wasiti: mempelajari hadist dan menulis daripadanya lebih dari 3000 hadist.
·         Umair bin Abdullah
·         Abdurrahman bin Mahdi
·         Abi Bakar bin Iyasy
·         Imam syafi’i: belajar memahami dan cara mengeluarkan kesimpulan-kesimpulan hukum-hukum.
·         Dlll...
4.      Ibnu Hambal dan Muridnya
Setelah sekian lama Ibnu Hambal mempelajari ilmu-ilmu dari guru-guru yang termasyhur beliau pun mulai mengajar di masjid Al-Jami’ di Baghdad pada usia 40 tahun.majlis pelajaran beliau dibagi menjadi dua yaitu pelajaran ‘am dan pelajaran khas. Murid-murid yang ikut mempelajarinya amatlah bnyak, diantaranya: Yahya bin Adam, Abdul Rahman bin Mahdi, Yazid bin Harun, Ali bin Al-Madini, Al-Bukhori, Muslim, Abu Daud, dll.. dan masih banyak lagi sahabat-sahabat, pengikut-pengikut serta murid-muridnya yang menyalin dan menulis, ilmu fiqih Ibnu Hanbal di antara mereka terdapat juga naknya yang pertama salih, yaitu anaknya yang tertua. Beliau seorang yang sangat bersungguh-sungguh tentang hadist-hadist seperti ayahnya.
5.      Sumber-sumber Hukum fiqih
Ibnu Hambal adalah seorang yang kuat penerimaanya terhadap hadist-hadist Rasulullah. As-Sunnah adalah penerang bagi Al-Qur’an dan penafsiran bagi hukum-hukumnya. Maka tidak menjadi aneh jika Ibnu Hambal menjadikan Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai sumber pertama dalam fiqihnya. Beliau tidak menerima adanya perselesihan anatara Al-Qur’an dan As-Sunnah. Al-Qur’an adalah sumber yang pertama dan penafsirannya adalah As-Sunnah dan ia adalah sunber yang kedua. Sesudah dari itu diambil pula perkataan sahabat-sahabat dan fatwanya. Tetapi Ibnu Hanbal kadang kala mengambil kias dan ijma’ jika ada, juga beliau mengambil Al-Masalihul Mursalah (muslihat-muslihat hantaran) dan “Sadduz Zara’i” yaitu apabila tidak ada nas yang mengatakan halal atau haram bagi sesuatu amaka perkara itu tetap dengan halalnya. Ibnu Hambal menggunakan hadist dhai’f (lemah riwayat) apabila tidak ada yang lain, tetapi dengan tidak bertentangan dengan salah satu dari kaidah-kaidah agama dan tidak juga bertentangan dengan salah satu masalah-masalah pokok dan tidak juga bertentangan dengan salah satu hukum yang ditetapkan oleh hadist yang sahih.
6.      Kitab-kitab karangan Ibnu Hambal
Ibnu Hambal tidak mengarang selain dari hadist dan sunnah. Pada keseluruhan kitab-kitabnya membicarakan hadist-hadist Rasulullah SAW sehingga surat atau risalahnya pun membicarakan yang sama juga.kesemuanya berdasarkan dalil Al-Qur’an, percakapan Rasulullah dan percakapan sahabat-sahabat.
Diantara kitabnya:
·         “Al-Masnad:  memuat 40.000 hadist yang disusun tahun 180 H,
·         Az-Zuhud: membicarakan zuhud nabi-nabi, sahabat dan khalifah dan juga sebagian dari imam-imam yang berdasarkan pada hadist, atsar dan akbar-akbar.
·          As-Salah: kitab kecil yang dikelurkan bersamaan dengan kitab yang lain.
·          Al-Manasikus Saghir
·          At-Taufiq
·          An-Nasikh wal Mansukh
·         Al-Muqaddim wal Muakhir fi kitabillah Ta’ala, dll.

7.      Sifat-sifat Ibnu Hambal
Ibnu Hambal adalah seorang yang tiggi badannya, kulitnya hitam kemerah-merahan, beliau gemar memakai pakaian yang  kasar dan memakai sorban. Beliau seorang yang berhati  mulia, kuat ingatannya dan seorang yang paham dengan apa yang dihafalnya, juga seorang yang bersifat sabar dan mempunyai azam dan juga selalu berkemauan yang tinggi, tetap teguh dengan pendiriannya, tidak riya’dan selalu menjauhi dari bersendagurau sehingga orang lain tidak berani bersenda gurau saat bersamanya. Beliau juga seorang yang bersih, suci, zuhud, banyak beribadah dan menjaga diri dari perkara yang haram.
8.      Keluarga kecil Ibnu Hambal
Ibnu Hambal nikah dengan seseorang yang bernama husan, dari pernikahanya bersama husan beliau dikaruniai beberapa anak yang bernama: Said, Muhammad, Al-Hasan, Zainab, fatimah, dan juga dua orang anak yang kembar bernama Hasan dan Husen(meninggal dunia ketika setelah baru dilahirkan).
Kemudian Ibnu Hambal juga menikah lagi dengan Al-Abbasah binti Al-Fadil. dengan istrinya Abbasah ini beliau juga dikariniai beberapa anak yang bernama: Salih anaknya yang tertua gelarnya ialah Abdul Fadl dilahirkan pada tahun 203 H, dan meninggal dunia tahun 265 H beliau memegang jabatan kehakiman di Asbahan, dan beliau menulis sejarah singkat hidup bapaknya. Dan anaknya yang kedua bernama  Abdullah, gelarnya Abu Abdurrahman, beliau seorang yang pandai dalam ilmu hadist, meninggal dunia pada tahun 290 H, anak perempuan Ibnu Hambal dikebumikan bersamany, dan begitu juga banyak dari pengikut-pengikutnya yang dikebumikan berdekatan dengan kuburnya(makamnya).

9.      Nasihat-nasihat Ibnu Hambal
Diantara nasihat-nasihat ibnu hambal yaitu:
a.       Dunia ini adalah tempat beramal sementara akhirat tempat menerima balasan, barang siapa tidak bekerja di sini ia akan menyesal di sana.
b.      Kemuliaan adalah meningglkan perkara-perkara yang diinginkan kepada perkara yang ditakuti.
c.       Jika tidak mencari harta ia tidak akan datang kepada kita, yang datang kepada kita ialah perkara yang kita tinggalkan.
d.      Bahwa “Al-Qalansawah”(songkok) jatuh dari langit kepada orang yang tidak ingin kepadanya.
e.       Maha suci Engkau wahai Tuhanku, alangkah lupanya hamba-hamba Allah dari perkara di depan mereka: orang yang takut kekurangan, jika yang berdo’a sangat lemah.
f.       Prinsip keimanan ialah tiga: petunjuk, yang dibuat petunjuk dan yang mengambil petunjuk.
g.      Diam orang yang berilmu adalah insaf dan taqwa, diam orang yang jahil karena tidak tahu.
h.      Dll.....

10.  Sakit dan meninggalnya Ibnu Hambal
Ibnu Hambal sakit yang membawa kepada kematian,ketika beliau sakit tidak ada perkara yang membuat hatinya selalu berfikir kecuali sholat,memikirkan tentang pembagian harta yang ditinggalkan dan tiga helai rambut Nabi yang berada padanya. Ibnu Hambal terkena demam panas pada hari pertamanya bulan Rabi’ul Awwal tahun 240 H,sehingga beliau tidak mampu berjalan dirumahnya melainkan dengan pertolongan.
Dengan sakitnya itu kemudianbeliau meniggal dunia pada hari jum’at tanggal 12 bulan Rabi’ul Awwal tahun 241 H. Mayatnya dimandikan oleh Abu Bakar Ahmad bin Al-Hujjah, kemudian dimakamkandi Baghdad sesudah sholat jum’at dengan diringi oleh puluhan ribu rakyat jelita.
“Mudah-mudahan Allah meridhoinya, amiiin..”



Komentar

Postingan populer dari blog ini

AL HAKIM, MAHKUM FIH DAN MAHKUM ALAIH

Oleh: Siti Farida Sinta Riyana (11510080); Nur Aufa Handayani (11510081); Ahmad Ali Masrukan (11519985); Mayura (11510096); dan Muryono ( 11511038) A.       Al Ahkam 1.         Pengertian Al-Ahkam (hukum), menurut bahasa artinya menetapkan sesuatu atas sesuatu. Sedang menurut istilah ialah ‘Khithab (titah) Allah Swt. atau sabda Nabi Muhammad Saw. yang berhubungan dengan segala amal perbuatan mukallaf , baik itu mengandung perintah, larangan, pilihan, atau ketetapan.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KHILAFIYAH

Disusun Oleh : Abdul Majid (111-11-074); Irsyadul Ibad (111-11-094);  dan Dwi Silvia Anggraini   (111-11-095) PENDAHULUAN Perbedaan selalu ada dalam kehidupan karena hal ini merupakan sunah Rasul yang berlaku sepanjang masa. Perbedaan juga terjadi dalam segi penafsiran dan pemahaman hukum yang berlaku. Seperti yang kita ketahui hukum tidaklah sekaku dalam hal penerapannya pada masa awal islam, pada masa itu Nabi Muhammad sebagai tolak ukur  dan akhir dari setiap permasalahan yang ada pada masa itu. Akan tetapi perbedaan itu semakin jelas terlihat ketika era para sahabat dan para tabi’in yang ditandai dengan adanya berbagai aliran atau madzhab yang bercorak kedaerahan dengan tokoh dan kecenderungan masing-masing.

HUKUM SYAR’I (ا لحكم الشر عي)

OLEH: Ulis Sa’adah (11510046); Langga Cintia Dessi (11510089); dan Eka Jumiati (11510092) A.       HAKIKAT HUKUM SYAR’I Menurut para ahli ushul fiqh (Ushuliyun), yang dikatakan hukum syar’i ialah khitab (sabda) pencipta syari’at yang berkaitan dengan perbuatan orang-orang mukallaf yang mengandung suatu tuntutan, atau pilihan atau yang menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat atau penghalang bagi adanya sesuatu yang lain.