Langsung ke konten utama

Madzhah-Madzhah yang telah Redup



Al-Auza’iy
¡   Dipelopori oleh Abu Amr Abdurrahman bin Muhammad al-Auza’iy. Ia berasal dari puak Dzul Kala’(Yaman).
¡   Ia lahir di Ba’labak (Damaskus) tahun 88 H.
¡   Ia belajar hadist pada Atha’ bin Abi Rabbah.
¡   Al-Auza’iy termasuk tokoh hadist yang tidak menyukai Qiyas.

¡   Madzhab ini banyak diikuti di Syam dan diikuti di Andalusia seiring perpindahan Bani Umayyah.
¡   Kemudian surut seiring banyak orang di Syam yang mengikuti Syafi’i dan di Andalusia mengikuti Malik.
¡   Auza’iy wafat tahun 157 H).

Al-Dzahiri
¡   Dipelopori oleh Abu Sulaiman Daud bin Ali bi Khalaf al-Ashbani. Ia lahir di Kuffah tahun 202 H.
¡   Ia belajar dari Ishak bin Rawaih, Abu Tsaur, dll.
¡   Ia sangat fanatik terhadap Syafi’i dan menulis buku tentang Syafi’i dan memujinya.
¡   Daud Al-Dzahiri berkembang menjadi madzhab tersendiri hingga abad 5 H, kemudian perlahan surut.
¡   Ia tidak menggunakan qiyas dan ra’y, lebih memilih dzahir al-Qur’an dan sunnah.

Al-Thabary
¡   Dipelopori oleh Abu Ja’far bin Jarir al-Thabari (lahir 224 H dan wafat 320 H).
¡   Abu Ja’far terkenal sebagai seorang mujtahid, ahli sejarah, dan ahli tafsir.
¡   Ia belajar fiqh Syafi’i, Malik, dan ulama Kuffah.
¡   Madzhabnya berkembang d Baghdad, hingga pertengahan abad 5 H dan kemudian surut.
¡   Salah satu pengikutnya dalah Abu al-Farj al-Nahrawi.
¡   Kitab-kitab karya Abu ja’far: Tarikh al-Thabari, Tafsir al-Thabari, Ikhtilaf al-Fuqaha’.

Al-Laits
¡   Dipelopori Abu al-Harist al-Laitsi bin Sa’ad al-Fahmi (w. 174 H).
¡   Terkenal sebagai ahli fiqh di Mesir.
¡   Syafi’i mengakui al-Laits lebih pandai dalam bidang fiqh daripada Imam Malik.
¡   Tetapi pengikut al-Laits tidak banyak yang mengembangkan pemikiran fiqhnya.
¡   Pada pertengahan abad 3 H madzhab ini perlahan surut.

Imam-Imam Madzhab
1)        Imam Abu Sa’ad al-Hasan bin Yasir al-Bashry (w. 110 H).
2)        Imam Abu Hanifah al-Nu’man bin Tsabit bin Zauthy (w. 150 H).
3)        Imam Auza’iy , Abu Amr Abdurrahaman bin Amr bin Muhammad (w. 157 H).
4)        Imam Sufyan bin Sa’ad bin Masruq al-Tsaury (w. 160 H).
5)        Imam al-Laits bin Sa’ad (w. 175 H).
6)        Imam Malik bin Anas al-Ashbahy (w. 179).
7)        Imam Sufyan bin Uyainah (w. 198 H).
8)        Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’i (w. 204 H).
9)        Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AL HAKIM, MAHKUM FIH DAN MAHKUM ALAIH

Oleh: Siti Farida Sinta Riyana (11510080); Nur Aufa Handayani (11510081); Ahmad Ali Masrukan (11519985); Mayura (11510096); dan Muryono ( 11511038) A.       Al Ahkam 1.         Pengertian Al-Ahkam (hukum), menurut bahasa artinya menetapkan sesuatu atas sesuatu. Sedang menurut istilah ialah ‘Khithab (titah) Allah Swt. atau sabda Nabi Muhammad Saw. yang berhubungan dengan segala amal perbuatan mukallaf , baik itu mengandung perintah, larangan, pilihan, atau ketetapan.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KHILAFIYAH

Disusun Oleh : Abdul Majid (111-11-074); Irsyadul Ibad (111-11-094);  dan Dwi Silvia Anggraini   (111-11-095) PENDAHULUAN Perbedaan selalu ada dalam kehidupan karena hal ini merupakan sunah Rasul yang berlaku sepanjang masa. Perbedaan juga terjadi dalam segi penafsiran dan pemahaman hukum yang berlaku. Seperti yang kita ketahui hukum tidaklah sekaku dalam hal penerapannya pada masa awal islam, pada masa itu Nabi Muhammad sebagai tolak ukur  dan akhir dari setiap permasalahan yang ada pada masa itu. Akan tetapi perbedaan itu semakin jelas terlihat ketika era para sahabat dan para tabi’in yang ditandai dengan adanya berbagai aliran atau madzhab yang bercorak kedaerahan dengan tokoh dan kecenderungan masing-masing.

HUKUM SYAR’I (ا لحكم الشر عي)

OLEH: Ulis Sa’adah (11510046); Langga Cintia Dessi (11510089); dan Eka Jumiati (11510092) A.       HAKIKAT HUKUM SYAR’I Menurut para ahli ushul fiqh (Ushuliyun), yang dikatakan hukum syar’i ialah khitab (sabda) pencipta syari’at yang berkaitan dengan perbuatan orang-orang mukallaf yang mengandung suatu tuntutan, atau pilihan atau yang menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat atau penghalang bagi adanya sesuatu yang lain.