Disusun oleh:
M. Sarifudin (215-13-001); M. Kholil Ridwan
(215-13-003);
M.
Choirurohman (215-13-010); dan Wahyu Kurniawan (215-13-015)
Sejarah Dinasti Seljuk
1. Kekaisaran Seljuk Raya
Kekaisaran Seljuk
Raya adalah imperium Islam Sunni abad pertengahan yang pernah menguasai wilayah
dari Hindu Kush sampai Anatolia timur dan dari Asia Tengah sampai Teluk Persia.
Dari tempat awal mereka di Laut Aral, Seljuk bergerak pertama ke Khorasan dan
lalu ke Persia daratan sebelum menguasai Anatolia timur.
Dinasti Seljuk
Inilah kekaisaran Islam pertama Turki yang memerintah dunia Islam. Kekuasaan
yang digenggamnya begitu luas meliputi Asia Tengah dan Timur Tengah —
terbentang dari Anatolia hingga ke Punjab di belahan selatan Asia. Kekaisaran
Seljuk Agung yang mulai menancapkan kekuasaan pada abad ke-11 M hingga 14 M itu
didirikan suku Oghuz Turki yang memeluk Islam mulai abad ke-10 M.Sejatinya,
Kekaisaran Seljuk dirintis oleh Seljuk Bek. Namun, Kerajaan Seljuk yang berdiri
pada 1037 M itu baru terwujud pada era kepemimpinan Thugril Bek yang berkuasa
hingga 1063 M. Sejarah mencatat Dinasti Seljuk sebagai kerajaan yang mampu
menghidupkan kembali kekhalifahan Islam yang ketika itu nyaris tenggelam.
Dalam waktu
yang singkat, wilayah kekuasaan Kerajaan Seljuk pun kian bertambah luas.
Dinasti Seljuk mencapai puncak kejayaannya ketika menguasai negeri-negeri di
kawasan Timur Tengah seperti Irak, Persia, Suriah serta Kirman. Sebagai negara
yang sangat kuat, Dinasti Seljuk amat disegani. Pada tahun 1055 M, Kerajaan
Seljuk sudah mampu menembus kekuasaan Dinasti Abbasiyah, Dinasti Fathimiyyah.
Dua dasawarsa berikutnya, ketangguhan militer Seljuk mampu memukul mundur
Bizantium yang bercokol di Palestina — kota suci ketiga bagi umat Islam — dalam
peristiwa Manzikert 1071 M.
Pemerintahan
Dinasti Seljuk yang berpusat di Anatolia itu amat toleran. Kehadirannya seakan
menjadi penerang bagi rakyatnya. Meski berasal dari salah satu suku di Turki,
para penguasa Seljuk sangat menghargai perbedaan ras, agama, dan jender. Di
bawah bendera Seljuk, umat Islam dapat hidup dalam kedamaian, keadilan serta
kemakmuran. Pada era dinasti ini aktivitas keagamaan berkembang dengan pesat.
Hal itu ditandai munculnya kegiatan sufisme. Tak cuma itu, ilmu pengetahuan pun
turut berkembang. Sederet ilmuwan dan ulama muncul dari Dinasti Seljuk seperti,
Al-Ghazali (1038 M - 1111 M) serta Umar Al-Khayam — seorang penyair
terkemuka.Kekaisaran Seljuk juga sangat mendukung dan mendorong perkembangan
kebudayaan, salah satunya seni bina bangun atau arsitektur. Tak heran, bila
pada era kekuasaan Dinasti Seljuk banyak berdiri karya-karya arsitektur yang
mengagumkan. Dinasti ini mampu menghidupkan kembali pencapaian Kekhalifahan
Umayyah dan Abbasiyah dalam bidang bina bangunan.
variasi dan
kualitas ornamen-ornemen serta bentuk dan teknik arstitektur peninggalan
Dinasti Seljuk mampu menjadi inspirasi bagi para arsitek Muslim dan para ahli
batu di seluruh dunia. Keunggulan dan kehebatan arsitektur warisan Dinasti
Seljuk dapat disaksikan dari bangunan-bangunan peninggalan bersejarah di Iran,
Anatolia serta wilayah Asia Minor Muslim.Para arsitek dunia mencatat ada dua
karya seni arsitektur yang paling unik warisan Dinasti Seljuk, yakni
caravanserai (tempat singgah bagi para pendatang) serta madrasah. Caravanserai
banyak berdiri di wilayah kekuasaan Seljuk lantaran dinasti itu amat mendorong
perdagangan dan bisnis. Sedangkan gedung madrasah yang menyebar di daerah
kekuasaan Kerajaan Seljuk mencerminkan geliat aktivitas pembelajaran.
Kontribusi
Dinasti Seljuk dalam bidang arsitektur begitu besar. Sejarah mencatat beberapa
kontribusi Dinasti Seljuk dalam bidang arsitektur antara lain;
1.
memperkenalkan
konsep baru tempat imam di masjid.
2.
mengembangkan
dan memperbanyak madrasah untuk sarana pendidikan.
3.
memperkenalkan caravanserai.
4.
mengembangkan
dan mengelaborasi arsitektur makam.
5.
keberhasilan
membangun kubah berbentuk kerucut.
6.
mempromosikan
penggunaan motif-motif muqarnas.
7.
memperkenalkan
elemen pertama seni baroque yang menyebar ke seluruh Eropa di abad ke-16 M.
Kehebatan dan keunikan gaya arsitektur Seljuk telah diakui dunia, termasuk
arsitektur modern. Para arsitek Barat pun banyak belajar dari arsitektur
Seljuk.
2. Masa Berkuasanya Daulah Bani Seljuk
Jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Seljuk Ibn Tuqaq bermula dari perebutan kekuasaan di dalam negeri. Ketika al-Malik al- Rahim memegang jabatan Amir al-Umara, kekuasaan itu dirampas oleh panglimanya sendiri, Arselan al-Basasiri. Dengan kekuasaan yang ada di tangannya, al-Basasiri berbuat sewenang-wenang terhadapap Al-Malik al-Rahim dan Khalifah al-Qaimdari Bani Abbas; bahkan dia mengundang Khalifah Fathimiyah, (al-Mustanshir), untuk menguasai Baghdad. Hal ini mendorong khalifah meminta bantuan kepada Alp Arselan Rahimahullah dari daulah Bani Seljuk yang berpangkalan di negeri Jabal. Pada tanggal 18 Desember 1055 M/447 H pimpinan Seljuk itu memasuki Baghdad.
Jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Seljuk Ibn Tuqaq bermula dari perebutan kekuasaan di dalam negeri. Ketika al-Malik al- Rahim memegang jabatan Amir al-Umara, kekuasaan itu dirampas oleh panglimanya sendiri, Arselan al-Basasiri. Dengan kekuasaan yang ada di tangannya, al-Basasiri berbuat sewenang-wenang terhadapap Al-Malik al-Rahim dan Khalifah al-Qaimdari Bani Abbas; bahkan dia mengundang Khalifah Fathimiyah, (al-Mustanshir), untuk menguasai Baghdad. Hal ini mendorong khalifah meminta bantuan kepada Alp Arselan Rahimahullah dari daulah Bani Seljuk yang berpangkalan di negeri Jabal. Pada tanggal 18 Desember 1055 M/447 H pimpinan Seljuk itu memasuki Baghdad.
Al-Malik
al-Rahim, Amir al-Umara Bani Buwaih yang terakhir, dipenjarakan. Dengan
demikian berakhirlah kekuasaan Bani Buwaih dan bermulalah kekuasaan Daulah
Seljuk. Pergantian kekuasaan ini juga menandakan awal periode keempat khilafah
Abbasiyah. Bani Seljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di
wilayah Turkistan. Pada abad kedua, ketiga, dan keempat Hijrah mereka pergi ke
arah barat menuju Transoxiana dan Khurasan. Ketika itu mereka belum bersatu.
Mereka dipersatukan oleh Seljuk ibn Tuqaq. Karena itu, mereka disebut
orang-orang Seljuk. Pada mulanya Seljuk ibn Tuqaq Rahimahullah mengabdi kepada Bequ,
raja daerah Turkoman yang meliputi wilayah sekitar laut Arab dan laut Kaspia.
Seljuk Rahimahullah diangkat sebagai pemimpin tentara. Pengaruh Seljuk
Rahimahullah sangat besar sehingga Raja Bequ khawatir kedudukannya terancam.
Raja Bequ bermaksud menyingkirkan Seljuk.
Namun sebelum rencana itu terlaksana, Seljuk Rahimahullah mengetahuinya. Ia tidak mengambil sikap melawan atau memberontak, tetapi bersama pengikutnya ia bermigrasi ke daerah land, atau disebut juga Wama Wara'a al-Nahar, sebuah daerah muslim di wilayah Transoxiana (antara sungai Ummu Driya dan Syrdarya atau Sihun). Mereka mendiami daerah ini atas izin penguasa daulah Samaniyah yang menguasai daerah tersebut. Mereka masuk Islam dengan manhaj Sunni Salafy. Ketika daulah Samaniyah dikalahkan oleh daulah Ghaznawiyah, Seljuk Rahimahullah menyatakan memerdekakan diri. Ia berhasil menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh daulah Samaniyah. Setelah Seljuk Rahimahullah meninggal, kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya, Israil Ibn Seljuk dan kemudian penggantinya Mikail Ibn Israil Ibn Seljuk, namun sayang saudaranya dapat ditangkap oleh penguasa Ghaznawiyah.
Namun sebelum rencana itu terlaksana, Seljuk Rahimahullah mengetahuinya. Ia tidak mengambil sikap melawan atau memberontak, tetapi bersama pengikutnya ia bermigrasi ke daerah land, atau disebut juga Wama Wara'a al-Nahar, sebuah daerah muslim di wilayah Transoxiana (antara sungai Ummu Driya dan Syrdarya atau Sihun). Mereka mendiami daerah ini atas izin penguasa daulah Samaniyah yang menguasai daerah tersebut. Mereka masuk Islam dengan manhaj Sunni Salafy. Ketika daulah Samaniyah dikalahkan oleh daulah Ghaznawiyah, Seljuk Rahimahullah menyatakan memerdekakan diri. Ia berhasil menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh daulah Samaniyah. Setelah Seljuk Rahimahullah meninggal, kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya, Israil Ibn Seljuk dan kemudian penggantinya Mikail Ibn Israil Ibn Seljuk, namun sayang saudaranya dapat ditangkap oleh penguasa Ghaznawiyah.
Kepemimpinan
selanjutnya dipegang oleh Thugril Bek Rahimahullah. Pemimpin Seljuk terakhir
ini berhasil mengalahkan Mas'ud al-Ghaznawi, penguasa dinasti Ghaznawiyah, pada
tahun 429 H/1036 M, dan memaksanya meninggalkan daerah Khurasan. Setelah
keberhasilan tersebut, Thugril memproklamasikan berdirinya daulah Seljuk. Pada
tahun 432 H/1040 M daulah ini mendapat pengakuan dari khalifah Abbasiyah di
Baghdad. Di saat kepemimpinan Alp Arselan inilah, dinasti Seljuk memasuki
Baghdad menggantikan posisi Bani Buwaih. Sebelumnya, Thugril Rahimahullah
berhasil merebut daerah-daerah Marwadan Naisabur dari kekuasaan Ghaznawiyah,
Balkh, urjan, Tabaristan, Khawarizm, Rayy, dan Isfahan.
Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah dinasti Seljuk berkuasa; paling tidak kewibawaannya dalam bidang agama dikembalikan setelah beberapa lama "dirampas" orang-orang Syi'ah. Meskipun Baghdad dapat dikuasai, namun ia tidak dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Thugril Bek Rahimahullah memilih kota Naisabur dan kemudian kota Rayy sebagai pusat pemerintahannya. Daulah-daulah kecil yang sebelumnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan daulah Seljuk ini, kembali mengakui kedudukan Baghdad, bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan Abbasiyah untuk membendung faham Syi'ah dan mengembangkan manhaj Sunni Salafy yang dianut mereka.
Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah dinasti Seljuk berkuasa; paling tidak kewibawaannya dalam bidang agama dikembalikan setelah beberapa lama "dirampas" orang-orang Syi'ah. Meskipun Baghdad dapat dikuasai, namun ia tidak dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Thugril Bek Rahimahullah memilih kota Naisabur dan kemudian kota Rayy sebagai pusat pemerintahannya. Daulah-daulah kecil yang sebelumnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan daulah Seljuk ini, kembali mengakui kedudukan Baghdad, bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan Abbasiyah untuk membendung faham Syi'ah dan mengembangkan manhaj Sunni Salafy yang dianut mereka.
Sepeninggal Thugril Bek Rahimahullah (455 H/1063 M), daulah Seljuk berturut-turut diperintah oleh:
1. Alp Arselan Rahimahullah (455-465 H/1063-1072)
2.
Maliksyah
(465-485 H/1072-1092)
3.
Mahmud Al-Ghazi
(485-487 H/1092-1094 M)
4.
Barkiyaruq (487
-498 H/1 094-1103)
5.
[ [Maliksyah
II]] (498 H/ 1103 M),
6.
Abu Syuja' Muhammad
(498-511 H/11 03-1117 M)
7.
Abu Harits
Sanjar (511-522H/1117-1128 M).
Pemerintahan Seljuk ini dikenal dengan nama
al-Salajiqah al-Kubra (Seljuk Besar atau Seljuk Agung). Disamping itu, ada
beberapa pemerintahan Seljuk lainnya di beberapa daerah sebagaimana disebutkan
terdahulu. Pada masa Alp Arselan Rahimahullah perluasan daerah yang sudah
dimulai oleh Thugril Bek Rahimahullah dilanjutkan ke arah barat sampai pusat
kebudayaan Romawi di Asia Kecil, yaitu Bizantium.
Peristiwa
penting dalam gerakan ekspansi ini adalah apa yang dikenal dengan peristiwa
Manzikert. Tentara Alp Arselan Rahimahullah berhasil mengalahkan tentara Romawi
yang besar yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis,
dan Armenia. Dengan dikuasainya Manzikert tahun 1071 M itu, terbukalah peluang
baginya untuk melakukan gerakan penturkian (turkification) di Asia Kecil.
Gerakan ini dimulai dengan mengangkat Sulaiman ibn Qutlumish, keponakan Alp
Arselan, sebagai gubernur di daerah ini. Pada tahun 1077 M (470 H),
didirikanlah kesultanan Seljuk Ruum dengan ibu kotanya Iconim. Sementara itu
putera Arselan, Tutush Rahimahullah, berhasil mendirikan dinasti Seljuk di
Syria pada tahun 1094 M/487 H.
Pada masa
Sulthan Maliksyah wilayah kekuasaan Daulah Seljuk ini sangat luas, membentang
dari Kashgor, sebuah daerah di ujung daerah Turki, sampai ke Yerussalem.
Wilayah yang luas itu dibagi menjadi lima bagian:
1.
Seljuk Besar
yang menguasai Khurasan, Rayy, Jabal, Irak, Persia, dan
Ahwaz. Ia merupakan induk dari yang lain. Jumlah Syekh yang memerintah
seluruhnya delapan orang.
2. Seljuk Kirman berada di bawah kekuasaan
keluarga Qawurt Bek ibn Dawud ibn Mikail ibn Seljuk. Jumlah syekh yang
memerintah dua belas orang.
3.
Seljuk Iraq dan Kurdistan, pemimpin pertamanya adalah Mughirs al-Din
Mahmud. Seljuk ini secara berturut-turut diperintah oleh sembilan syekh.
4.
Seljuk Syria, diperintah oleh keluarga Tutush ibn Alp Arselan ibn Daud
ibn Mikail ibn Seljuk, jumlah syekh yang memerintah lima orang.
5.
Seljuk Ruum, diperintah oleh keluarga Qutlumish ibn Israil ibn Seljuk dengan
jumlah syeikh yang memerintah seluruhnya 17 orang.
Disamping
membagi wilayah menjadi lima, dipimpin oleh gubernur yang bergelar Syeikh atau
Malik itu, penguasa Bani Seljuk juga mengembalikan jabatan perdana menteri yang
sebelumnya dihapus oleh penguasa Bani Buwaih. Jabatan ini membawahi beberapa
departemen.Pada masa Alp Arselan Rahimahullah, ilmu pengetahuan dan agama mulai
berkembang dan mengalami kemajuan pada zaman Sultan Maliksyah yang dibantu oleh
perdana menterinya Nizham al-Mulk. Perdana menteri ini memprakarsai berdirinya
Universitas Nizhamiyah (1065 M) dan Madrasah Hanafiyah di Baghdad. Hampir di
setiap kota di Irak dan Khurasan didirikan cabang Nizhamiyah. Menurut Philip K.
Hitti, Universitas Nizhamiyah inilah yang menjadi model bagi segala perguruan
tinggi di kemudian hari.
Perhatian
pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan banyak ilmuwan
muslim pada masanya. Diantara mereka adalah az-Zamakhsyari dalam bidang tafsir,
bahasa, dan teologi; al-Qusyairy dalam bidang tafsir; Abu Hamid al-Ghazali
Rahimahullah dalam bidang teologi; dan Farid al-Din al-'Aththar dan Umar Khayam
dalam bidang sastra.Bukan hanya pembangunan mental spiritual, dalam pembangunan
fisik pun dinasti Seljuk banyak meninggalkan jasa. Maliksyah terkenal dengan
usaha pembangunan di bidang yang terakhir ini. Banyak masjid, jembatan, irigasi
dan jalan raya dibangunnya.
Setelah Sultan
Maliksyah dan perdana menteri Nizham al-Mulk wafat Seljuk Besar mulai mengalami
masa kemunduran di bidang politik. Perebutan kekuasaan diantara anggota
keluarga timbul. Setiap propinsi berusaha melepaskan diri dari pusat.
Konflik-konflik dan peperangan antar anggota keluarga melemahkan mereka
sendiri. Sementara itu, beberapa dinasti kecil memerdekakan diri, seperti
Syahat Khawarizm, Ghuz, dan al-Ghuriyah. Pada sisi yang lain, sedikit demi
sedikit kekuasaan politik khalifah juga kembali, terutama untuk negeri Irak.
Kekuasaan dinasti Seljuk di Irak berakhir di tangan Khawarizm Syah pada tahun
590 H/l199 M. ( Wallahul Musta’an ).(4),(5),(6).
2.
Arsitektur
Menakjubkan dari Dinasti Seljuk
Caravanserai Seljuk (Khan)
Caravanserai Seljuk (Khan)
Penguasa
Dinasti Seljuk begitu banyak membangun caravanserai atau tempat singgah bagi
para pendatang atau pelancong. caravanserai dibangun untuk menopang aktivitas perdagangan
dan bisnis. Para pelancong dan pedagang dari berbagai negeri akan dijamu di
caravanserai selama tiga hari secara cuma-cuma alias gratis.
Di caravanserai
itulah, para pendatang akan dijamu dengan makanan serta hiburan. Secara fisik,
bangunan caravanserai terdiri dari halaman, gedungnya dipercantik dengan
lengkungan iwan. Dalam caravanserai terdapat kamar menginap, depo, kamar
pengawal serta tersedia juga kandang untuk alat transportasi seperti kuda.
Caravanserai dikelola oleh sebuah lembaga donor. Organisasi itu pertama kali
didirikan di Rabat-i-Malik. Caravanserai di wilayah Iran itu menjadi cikal
bakal berdirinya tempat singgah khas Dinasti Seljuk. Caravanserai pertama itu
dibangun pada tahun 1078 M oleh Sultan Nasr di antara rute Bukhara-Samarkand.
Struktur bangunan caravanserai Seljuk meniru istana padang pasir Dinasti
Abbasiyah. Bentuknya segi empat dan ditopang dengan dinding yang kuat.
Madrasah Seljuk
Menurut Van
Berchem, para arsitektur di era Dinasti Seljuk mulai mengembangkan bentuk, fungsi
dan karakter masjid. Bangunan masjid diperluas menjadi madrasah. Bangunan
madrasah pertama muncul di Khurasan pada awal abad ke-10 M sebagai sebuah
adaptasi dari rumah para guru untuk menerima murid.Pada pertengahan abad ke-11
M, bangunan madrasah diadopsi oleh penguasa Seljuk Emir Nizham Al-Mulk menjadi
bangunan publik. Sang emir terispirasi oleh penguasa Ghaznawiyyah dari Persia.
Di Persia, madrasah dijadikan tempat pembelajaran teknologi. Madrasah tertua
yang dibangun Nizham Al-Mulk terdapat di Baghdad pada tahun 1067 M.
Fakta
menunjukkan, madrasah yang dibangun antara tahun 1080 M hingga 1092 M di
Kharghird, Khurasan sudah menggunakan empat iwan. Secara fisik, bangunan
madrasah Seljuk terdiri dari halaman gedung yang dikelilingi tembok dan
dilengkapi empat iwan. Selain itu juga ada asrama dan ruang belajar.Salah satu
madrasah terbaik yang bisa dijadikan contoh berada di Anatolia. Bangunan
madrasah itu menerapkan karakter khas Iran termasuk penggunaan iwan dan menara
ganda yang membingkai pintu gerbang.
Menara Seljuk
Menara Seljuk
Bentuk menara
masjid-masjid di Iran yang dibanguan Dinasti Seljuk secara subtansial berbeda
dengan menara di Afrika Utara. Bentuk menara masjid Seljuk mengadopsi menara
silinder seagai ganti menara berbentuk segi empat.
Makam Seljuk
Pada era
kejayaan Dinasti Seljuk pembangunan makam mulai dikembangkan. Model bangunan
makam Seljuk merupakan pengembangan dari tugu yang dibangun untuk menghormati
penguasa Umayyah pada abad ke-8 M. Namun, bangunan makam yang dikembangkan para
arsitek Seljuk mengambil dimensi baru. Bangunan makam yang megah dibangun pada
era Seljuk tak haya ditujukan untuk menghormati para penguasa yang sudah
meninggal. Namun, para ulama dan sarjana atau ilmuwan terkemuka pun mendapatkan
tempat yang sama. Tak heran, bila makam penguasa dan ilmwuwan terkemuka di era
Seljuk hingga kini masih berdiri kokoh.
Bangunan makam
Seljuk menampilkan beragam bentuk termasuk oktagonal (persegi delapan),
berbentuk silinder dan bentuk-bentuk segi empat ditutupi dengan kubah (terutama
di Iran). Selain itu ada pula yang atapnya berbentuk kerucut (terutama di
Anatolia). Bangunan makam biasanya dibangun di sekitar tempat tinggal tokoh
atau bisa pula letaknya dekat masjid atau madrasah.
Masjid Seljuk
Inovasi para
arsitektur Dinasti Seljuk yang lainnya tampak pada bangunan masjidnya. Masjid
Seljuk sering disebut Masjid Kiosque. Bangunan masjid ini biasanya lebih kecil
yang terdiri dari sebuah kubah, berdiri melengkung dengan tiga sisi yang
terbuka. Itulah ciri khas masjid Kiosque. Model masjid khas Seljuk ini
seringkali dihubungkan dengan kompleks bangunan yang luas seperti caravanserai
dan madrasah.
Sejarah Dinasti
Mameluk
A. Asal Usul
Dinasti Mamluk
Kata
“mamluk” adalah bentuk tunggal dari kata “mamalik” yang berarti budak.Dinasti
Mamluk sendiri memang didirikan oleh para budak.Pada awalnya mereka adalah
orang-orang yang direkrut oleh penguasa dinasti Ayyubiyah sebagai budak,
kemudian dididik dan dijadikan tentaranya.Mereka ditempatkan pada kelompok
tersendiri yang terpisah dari masyarakat.Oleh penguasa Ayyubiyah yang terakhir,
yaitu al-Malik as-Salih, mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan
kekuasaannya.Pada masa penguasa ini, mereka mendapat hak-hak istimewa, baik
dalam karier ketentaraan maupun dalam imbalan-imbalan material. Mereka terdiri
dari dua kelompok yaitu Mamluk Bahri dan Mamluk Buruj atau Burji yang datang
kemudian.Dinamakan Mamluk Bahri karena tempat tinggal mereka di Pulau ar-Raudah
yang terletak di laut Arab, bahr bentangan delta sungai Nil.Sementara dinamakan
Mamluk Burji karena mereka menempati benteng-benteng Arab, burj di Kairo. Kaum
Bahri berasal dari Qipchaq, Rusia Selatan, yang berdarah campuran antara Mongol
dan Kurdi, sedangkan Burji adalah orang-orang Circassia dari Caucasus. Dalam
pada itu, peta pemerintahan dinasti Mamluk dalam perjalanannya kemudian banyak
dikatakan oleh para sejarawan sebagai bentuk penguasaan yang carut marut karena
terbagi menjadi dua kekuasaan besar.
Cikal
bakal dinasti ini berawal dari seorang mantan budak bernama Syajar ad-Durr,
yang kemudian dijadikan sebagai istri oleh al-Malik as-Salih (1249 M) sebagai
penguasa dinasti Ayyubiyah. Setelah al-Malik as-Salih wafat, berbagai informasi
mengatakan bahwa Syajar ad-Durr kemudian menyandang gelar “sultanah” atau berkedudukan sebagai sultan perempuan selama
hampir delapan puluh hari. Pada masa itu ia juga tercatat sebagai satu-satunya
penguasa wanita muslim di kawasan Afrika Utara dan Asia Barat, namanya juga
diabadikan dalam kepingan mata uang dan disebutkan pada setiap sholat Jum’at.
Ia memutuskan untuk menikah lagi dengan Izzuddin Aybak, Sultan Mamluk pertama
(1250-1257 M) yang kemudian justru terbunuh oleh Syajar al-Durr sendiri.Hal ini
merupakan awal fondasi kekuasaan dinasti Mamluk.
B. Wilayah
Kekuasaan Dinasti Mamluk
Dinasti
Mamluk yang berkuasa pada masa ini disebut Bahri.Mereka kebanyakan berasal dari
keluarga Turk dan Mongol. Mereka memerintah Mesir dan Suriah, dan kadangkala
Jazirah Arab, hingga tahun 1382 M.Ketika Mongol menyerbu Suriah pada tahun 1260
M, pasukan Mamluk berhasil mengalahkan mereka di Ain Jalut, dan mendesak
pasukan Mongol mundur kembali ke Persia. Inilah pertama kalinya pasukan Mongol
dikalahkan dalam suatu pertempuran besar.Pemimpin Mamluk dalam pertempuran
tersebut, Baibars, kemudian menjadi sultan Mamluk seusai pertempuran.
Baibars
dan pasukan Mamluknya mengalahkan pasukan Salib terakhir pada tahun 1263 M.
Ketika itu terjadi pertempuran besar di Antiokhia, dan pada akhirnya 16000
tentara Kristen terbunuh sedangkan ribuan penduduk Antiokhia dijadikan budak.
C. Karya-karya pada
Dinasti Mamluk
a.
Bidang Ekonomi
Dalam
bidang ekonomi, dinasti Mamluk membuka hubungan dagang dengan Perancis dan
Itali melalui perluasan jalur perdagangan yang sudah dirintis oleh dinasti
Fatimiyyah di Mesir sebelumnya.
Disamping
itu, hasil pertanian juga meningkat. Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini
didukung oleh pembangunan jaringan pengangkutan dan komunikasi antara kota,
baik laut mahupun darat. Keteguhan angkatan laut Mamalik sangat membantu
pengembangan ekonominya.
b.
Pembangunan
Dinasti
Mamalik juga banyak mengalami kemajuan di bidang pembangunan.Banyak juru bina
dibawa ke Mesir untuk membangunkan sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang
indah.Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini di antaranya adalah,
hospital, musium, perpustakaan, villa-villa, kubah, dan menara masjid.
c.
Ilmu Pengetahuan
Di
dalam ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuan-ilmuan asal
Baghdad dari serangan tentera Mongol. Kerana itu, ilmu-ilmu banyak
berkembang di Mesir, seperti sejarah, perubatan,astronomi, matematik, dan il-mu agama.Dalam
ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi,
dan Ibn Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir Al-Din Al-tusi. Di
bidang perubatan pula, Abu Hasan `Ali Al-Nafis. Sedangkan, dalam bidang ilmu
keagamaan, tersohor nama Ibn Taimiyah, Al-Sayuthi, dan Ibn Hajar Al-`Asqalani.
d.
Militer
Pemerintahan
dinasti ini dilantik dari pengaruhnya dalam ketenteraan. Para Mamluk yang
dididik haruslah dengan tujuan untuk menjadi pasukan pendukung kebijaksanaan
pemimpin. Ketua Negara atau sultan akan diangkat di antara pemimpin tentera
yang terbaik, yang paling berprestasi, dan mempunyai kemampuan untuk menghimpun
kekuatan. Walaupun mereka adalah pendatang di wilayah Mesir, mereka berhasil
menciptakan ikatan yang kuat berdasarkan daerah asal mereka.
Dinasti
Mamalik juga menghasilkan buku mengenai ilmu ketenteraan.Minat para penulis
semakin terpacu dengan keinginan mereka untuk mempersembahkan sebuah karya
kepada kepada para sultan yang menjadi penguasa saat itu.Perbahasan yang sering
dibahas adalah mengenai selok-belok yang berkaitan dengan serangan bangsa
Mongol.Pada lingkungan ketenteraan Dinasti ini, menghasilkan banyak karya
tentang ketenteraan, khususnya keahlian menunggang kuda.
e.
Budaya Politik
Daulah
Mamalik atau Dinasti Mamluk membawa warna baru dalam sejarah politik
Islam.Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu
yang singkat ketika Qalawun(1280-1290 M) menerapkan pergantian sultan
secara turun temurun.Anak Qalawun berkuasa hanya empat tahun, karena
kekuasaannya direbut oleh Kitbugha(1295- 1297 M).Sistem pemerintahan
oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir.Kedudukan amir
menjadi sangat penting.Para amir berkompetisi dalam prestasi, karena mereka
merupakan kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam bebagai bidang,
seperti konsolidasi pemerintahan, perekonomian, dan ilmu pengetahuan.
D. Sistem
Pemerintahan
Bentuk
pemerintahan oligarki militer adalah suatu bentuk pemerintahan yang menerapkan
kepemimpinan berdasarkan kekuatan dan pengaruh, bukan melalui garis
keturunan.Sistim pemerintahan oligarki militer ini merupakan kreatifitas
tokoh-tokoh militer Mamluk yang belum pernah berlaku sebelumnya dalam
perkembangan politik di pemerintahan Islam. Jika dibandingkan dengan sistim
pemerintahan yang dijalankan sebelumnya, yaitu Sistim Monarki dan Sistim
Aristokrasi atau pemerintahan para bangsawan, maka sistim pemerintahan Oligarki
Militer dapat dikatakan lebih demokratis. Sistim Oligarki Militer lebih
mementingkan kecakapan, kecerdasan, dan keahlian dalam peperangan.Sultan yang
lemah bisa saja disingkirkan atau diturunkan dari kursi jabatannya oleh seorang
Mamlu>k yang lebih kuat dan memiliki pengaruh besar di tengah-tengah
masyarakat. Kelebihan lain dari sistim oligarki militer ini adalah tidak adanya
istilah senioritas yang berhak atas juniornya untuk menduduki jabatan sultan,
melainkan lebih berdasarkan keahlian dan kepiawaian seorang Mamluk tersebut.
E.
Tokoh-tokoh yang berpengaruh
Di
awal tahun 1260 M Mesir terancam serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil
menduduki hampir seluruh dunia Islam. Kedua tentara bertemu di Ayn Jalut, dan
pada tanggal 13 September 1260 M, tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz,
Baybars dan Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah Rahimahullah berhasil menghancurkan
pasukan Mongol tersebut. Kemenangan atas tentara Mongol ini membuat kekuasaan
Mamalik di Mesir menjadi tumpuan harapan umat Islam di
sekitarnya.Penguasa-penguasa di Syria segera menyatakan sumpah setia kepada
penguasa Mamalik.
Tidak
lama setelah itu Qutuz meninggal dunia.Baybars, seorang pemimpin militer yang
tangguh dan cerdas, diangkat oleh pasukannya menjadi Sultan (1260- 1277 M).Ia
adalah sultan terbesar dan termasyhur di antara Sultan Mamalik. Ia pula yang
dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti Mamalik.Sejarah daulah ini hanya
berlangsung sampai tahun 1517 M, ketika dikalahkan oleh Bani Utsmani, Daulah
ini dibagi menjadi dua periode :
1.
Periode kekuasaan Mamluk Bahri, sejak berdirinya (1250 M) sampai berakhirnya
pemerintahan Hajji II tahun 1389 M.
2.
Periode kekuasaan Mamluk Burji, sejak berkuasanya Burquq untuk kedua kalinya
tahun 1389 M sampai kerajaan ini dikalahkan oleh Bani Utsmani tahun 1517 .
F. Runtuhnya
Dinasti Mamluk
Kemajuan-kemajuan
dinasti Mamalik ini tercapai berkat keperibadian dan wibawa Sultan yang tinggi,
marubah sesama ketenteraan yang kuat dan kestabilan negara yang aman dari
gangguan.Akan tetapi, ketika faktor-faktor tersebut menghilang, dinasti Mamalik
sedikit demi sedikit mengalami kemunduran. Semenjak masuknya hamba-hamba
dari Sirkasia yang kemudian dikenal dengan nama Mamluk Burji, yang pertama
kalinya dibawa oleh Qalawun, maruah antara tentera menurun, terutama
setelah Mamluk Burji berkuasa.
Banyak
penguasa Mamluk Burji yang bermoral rendah dan tidak menyukai ilmu
pengetahuan.Kemewahan dan kebiasaan berfoya-foya dikalangan penguasa
menyebabkan cukai dinaikkan.Akibatnya, semangat kerja rakyat
menurun dan ekonomi Negara tidak stabil.Maka, suatu
kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tentangan bagi Mamalik,
yaitu kerajaan Usmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat Mamalik di
Mesir. Dinasti Mamalik kalah melawan pasukan Usmani dalam pertempuran di
luar kota Cairo pada tahun 1517 M. Sejak itu wilayah Mesir berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Usmani sebagai salah satu wilayahnya.Mamluk pada awalnya
adalah para budak di Kekhalifahan Abbasiyah. Sejak tahun 850 M, para khalifah
Abbasiyah mengambil dan membawa para pemuda non-Muslim sebagai budak dan
mendidik mereka menjadi tentara Muslim Sunni dalam pasukan budak.Para budak
dalam pasukan Mamluk ini semakin lama jumlahnya semakin banyak.
Pada
tahun 1144 M, seorang jenderal Mamluk bernama Imaduddin Zengi menaklukan Edessa,
salah satu negara yang didirikan oleh orang Eropa setelah Perang Salib
Pertama.Dia dibunuh oleh budaknya sendiri tidak lama setela itu, ketika dia
ketahuan meminum anggur.Ketika pasukan Salib datang kembali untuk merebut lagi
Edessa, putra Zengi, Nuruddin, berhasil menghalau mereka.Setelah itu Nuruddin
mendirikan dinastinya sendiri dengan menaklukan Damaskus dari penguasa Muslim
lokal.
Pada
tahun 1100-an M, orang Mamluk lainnya bekerja kepada para sultan Ayyubiyah di
Mesir dan Suriah, namun sedikit demi sedikit mereka mengambil kekuasaan dari
para sultan itu.Pada tahun 1244 M, orang Mamluk menaklukan Yerusalem dari
pasukan Salib.Pada tahun 1245 M raja Louis IX dari Prancis melancarkan Perang
Salib Ketujuh untuk merebutnya kembali, namun dia malah ditangkap oleh
Mamluk.Pada tahun 1250 M Syajar al-Durr, ibu dari sultan Ayyubiyah terakhir,
membunuh putranya dan berkuasa sendiri.Dia mencetak uang dan membuat dekrit.Dia
juga mengakhiri Perang Salib Ketujuh melalui negosiasi dan membiarkan Louis
pergi.Syajar al-Durr dengan segera harus menikahi pemimpin Mamluk, Aybak,
supaya tetap berkuasa, namun dia terus memerintah dan pada tahun 1257 dia
membunuh Aybak.Setelah itu dia ditangkap dan dihukum mati.Ini membuat Mamluk
dapat menguasai Mesir dan Suriah.
subhanallah ..
BalasHapussabrina(211-13-046)
http://muhamandrianto.blogspot.com/2014/01/bani-mamluk-dan-seljuk.html
BalasHapus