Langsung ke konten utama

Red Fort



The Red Fort (usually transcribed into English as Lal Qil'ah or Lal Qila) is a 17th-century fort complex constructed by the Rajput King, Prithviraj Chauhan in the walled city of Old Delhi (in present day Delhi, India), after defeat of Rajput it served as the residence of the Mughal Emperors. The fort was the palace for Mughal Emperor Shah Jahan's new capital, Shahjahanabad, the seventh city in the Delhi site. He moved his capital here from Agra in a move designed to bring prestige to his reign, and to provide ample opportunity to apply his ambitious building schemes and interests. It served as the capital of the Mughals until 1857, when Mughal emperor Bahadur Shah Zafar was exiled by the British Indian government.
The fort lies along the Yamuna River, which fed the moats that surround most of the walls. The wall at its north-eastern corner is adjacent to an older fort, the Salimgarh Fort, a defence built by Islam Shah Suri in 1546. The construction of the Red Fort began in 1638 and was completed by 1648. The Red Fort has had many developments added on after its construction by Emperor Shah Jahan. The significant phases of development were under Aurangzeb and later under later Mughal rulers. It was designated a UNESCO World Heritage Site in 2007. The earlier Red Fort was built by Tomara king Anangpala, now known as the Qulb Mosque (more.. see http://en.wikipedia.org/wiki/Red_Fort).

































Komentar

Postingan populer dari blog ini

AL HAKIM, MAHKUM FIH DAN MAHKUM ALAIH

Oleh: Siti Farida Sinta Riyana (11510080); Nur Aufa Handayani (11510081); Ahmad Ali Masrukan (11519985); Mayura (11510096); dan Muryono ( 11511038) A.       Al Ahkam 1.         Pengertian Al-Ahkam (hukum), menurut bahasa artinya menetapkan sesuatu atas sesuatu. Sedang menurut istilah ialah ‘Khithab (titah) Allah Swt. atau sabda Nabi Muhammad Saw. yang berhubungan dengan segala amal perbuatan mukallaf , baik itu mengandung perintah, larangan, pilihan, atau ketetapan.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KHILAFIYAH

Disusun Oleh : Abdul Majid (111-11-074); Irsyadul Ibad (111-11-094);  dan Dwi Silvia Anggraini   (111-11-095) PENDAHULUAN Perbedaan selalu ada dalam kehidupan karena hal ini merupakan sunah Rasul yang berlaku sepanjang masa. Perbedaan juga terjadi dalam segi penafsiran dan pemahaman hukum yang berlaku. Seperti yang kita ketahui hukum tidaklah sekaku dalam hal penerapannya pada masa awal islam, pada masa itu Nabi Muhammad sebagai tolak ukur  dan akhir dari setiap permasalahan yang ada pada masa itu. Akan tetapi perbedaan itu semakin jelas terlihat ketika era para sahabat dan para tabi’in yang ditandai dengan adanya berbagai aliran atau madzhab yang bercorak kedaerahan dengan tokoh dan kecenderungan masing-masing.

HUKUM SYAR’I (ا لحكم الشر عي)

OLEH: Ulis Sa’adah (11510046); Langga Cintia Dessi (11510089); dan Eka Jumiati (11510092) A.       HAKIKAT HUKUM SYAR’I Menurut para ahli ushul fiqh (Ushuliyun), yang dikatakan hukum syar’i ialah khitab (sabda) pencipta syari’at yang berkaitan dengan perbuatan orang-orang mukallaf yang mengandung suatu tuntutan, atau pilihan atau yang menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat atau penghalang bagi adanya sesuatu yang lain.