Resume oleh: Riyanti (090)
Sebelum membicarakan Islam di Bilad al-Sudan
(Sub-Sahara), alangkah baiknya dibicarakan tentang suatu gambaran umum tentang
Afrika, kondisi alam dan masyarakat Sudan khususnya, dan Afrika pada umumnya,
maka memperoleh jawaban dari mengapa Afrika masih jauh tertinggal jika
dibandingkan dengan benua lain, padahal Mesir pernah menduduki sebagai pusat
perkembangan kebudayaan dunia ± 3500 SM. Afrika Sub-Sahara adalah istilah yang
dipergunakan guna menggambarkan negara-negara sekitarnya.
1. Kondisi Alam
Benua
Afrika adalah benua yang terluas nomor dua di dunia. Luasnya 11.530.000 mil
persegi atau tiga kali luas dari benua Eropa. Jika digabung dengan Moritius dan
pulau-pulau lainnya, maka luas wilayah menjadi 30.224.050 km2 yakni
Afrika meliputi 20,3% dari seluruh total daratan bumi. Afrika adalah tempat
tinggal manusia yang paling awal, dari benua inilah kemudian menyebar ke benua-benua
lain. Afrika adalah tempat dimana garis evolusi kera menjadi berbeda dari protohuman
tujuh juta tahun yang lalu. Di benua ini merupakan satu-satunya benua yang
didiami nenek moyang manusia hingga sekitar dua juta tahun lampau ketika Homo
erectus berkemban ke luar Afrika.
Kata
Afrika berasal dari bahasa Latin, Africa terra “tanah Afri” (bentuk
jamak dari “Afer”) untuk menunjukan bagian utara benua itu, saat ini merupakan
bagian dari Tunisia. Asal kata Afer kemungkinan dari bahasa Finisia; afar =
debu, atau dari bahasa Yunani “Aphrike” berarti tanpa dingin, atau bahasa
Latin, aprica= berat cerah.
Benua
ini dipisahkan dari eropa oleh Laut Tengah dan selat Gibraltar, menyatu dengan
benua Asia di ujung Timur Lautnya melalui Terusan Suez, memiliki lebar 130 km. Semenanjung
Sinai kini menjadi wilayah mesir, sering dianggap sebagai bagian dari Afrika.
Dari ujung paling utara (bagian barat Afrika Utara), Cape Spartel di Maroko, di
37˚21́ lintang
Utara, ke ujung paling selatan Cape Agulhas di Afrika Selatan, 34˚51́ 15
lintang selatan, tentang jarak sekitar 8.000 km, dari ujung paling barat, Cape
Verda, 17˚33́ 22"
bujur Barat, sampai ujung paling timur, Ras hafundi Somalia, 51˚27́
52" bujur Timur, yang jaraknya sekitar 7.400 km. Panjang garis pantainya
26.000 km.
Sejak
zaman es, wilayah Afrika Utara dan Sub-Sahara telah dipisahkan oleh iklim yang
luar biasa keras di daerah gurun pasir Sahara yang jarang ada penduduk, membentuk
sebuah rintangan alami yang dilalui oleh sungai Nil, Bilad al-Sudan istilah
masa kini untuk Sub-Sahara digunakan untuk memperlihatkan gambaran umum, bahwa
Afrika utara sebagai bagian atas dan Afrika Selatan sebagai bagian bawah.
Afrika adalah satu-satunya benua yang dilewati garis khatulistiwa, baik garis
balik utara maupun garis balik selatan. Sungai Nil, sungai terpanjang didunia
setelah Amazon, mengalir dari selatan ± 6.000 km.
Di
Afrika juga terdapat air terjun yang paling terkenal adalah air terjun Victoria
yang ditemukan oleh David Livingston (1885 M), dengan ketinggian 108 m. Sungai
Orange merupakan sungai terpanjang di Afrika Selatan.
Ditinjau dari segi geografis Afrika terbagi
atas tiga hal. Pertama, daerah pegunungan yang tinggi dengan hutannya
yang lebat. Kedua, daerah gurun pasir yang luas. Ketiga, daerah
dataran tinggi yang luas. Afrika menghasilkan ¼ hasil bumi dunia. Benua ini
memiliki iklim panas yang lebih banyak dibandingkan musim hujan. Meskipun
Afrika panas, tetapi punya perbedaan ketinggian setiap tempat dari permukaan
air laut, bahkan di kawasan khatulistiwa salju abadi dapat dijumpai di lereng
pegunungan yang tinggi, seperti di gunung kalimanjaro, Gunung Meru, dan
sebagainya.
2. Keadaan Penduduk
Penduduk
Afrika dapat dibagi menurut tempat yang didiami mereka, sebelah utara, bangsa
Berber dan sebelah selatan adalah tempat tinggal bangsa Negro. Benua ini
merupakan tempat asal orang Negro diseluruh dunia. Penduduk Afrika terdiri dari
dua kelompok besar rumpun bangsa. Yaitu, Berber yang telah telah mendiami
wilayah sekitar Laut Tengah, mereka telah berkebudayaan Arab. Lalu, Negro yang
mendiami wilayah di selatan Gurun pasir Sahara. Rumpun bangsa Negro ini terdiri
atas tiga grup, yaitu Negro Asli, Separo, Hamite, dan Bantu.
Negro
Asli pada umumya berdiam di pantai Guinea, pantai barat Afrika. Warna kulitnya
hitam, rambut keriting, hidung pesek, dan bibir tebal. Contoh dari rumpun
bangsa ini ialah bangsa-bangsa Mandingo, Ashanti, Youra, dan Hausa. Orang Negro
inilah yang banyak sekali dikejar-kejar untuk dijadikan budak.
Orang
Hamite ialah keturunan para emigran dari Caucasus yang berasimilasi (kawin)
dengan pribumi Afrika. Dalam rumpun bangsa Hamite ini termasuk juga suku-suku
bangsa seperti Masai, Nandi, dan Lumbwe. Warna kulit mereka agak
kemerah-merahan dan penghidupan mereka umumnya pertanian. Suku bangsa ini yang
erat hubungannya dengan orang Hamite atau juga dikenal Nilotes ini pada umumnya
berdiam di lembah sungai Nil Selatan Khartun seperti orang-orang Dinka, dan
Sylluk.
Grup
rumpun III, Bantu adalah yang terbesar diantara tiga grup. Mereka berdiam
disebelah timur dan selatan Afrika dengan mengambil luas sepertiga wilayah
Afrika. Orang Bantu ini pada dasarnya sama Negro dengan karakter Hamite. Pada
umumya, mereka hidup di pedalaman Afrika.
Ada tiga
kelompok suku bangsa yang jumlahnya makin merost. Di hutan Kongo, orang orang
Pigmy hanya berjumlah sekitar 100.000 jiwa. Bushman yang berdiam di tepi Gunung
Kalahari hanya berjumlah 50.000 jiwa, mata pencariannya berburu yang masih
primitif tidak mampu menyesuaikan diri hingga mereka menghadapi ancaman
kepunahan. Minoritas non- Afrika adalah keturunan Eropa yang berjumlah 4,5
juta, terutama tinggal di Afrika Selatan. Setelah negara-negara Afrika merdeka,
jumlah mereka terus merosot, sedangkan kedudukan orang Asia termasuk Lebanon, Suriah,
dan anak benua India terus memburuk karena dominasi politik dan ekonomi
minoritas Eropa di Afrika Selatan.
Afrika
juga mengalami perpindahan penduduk dengan dengan kecenderungan ke arah
urbanisasi yang begitu cepat bersamaan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Di
Afrika Timur kota perdagangan yang penting ialah Zanzibar. Nairobi sebagai ibu
kota Kenya dianggap cocok sebagai pusat pengembangan jaringan kereta api di
Afrika Timur. Negeri ini yang paling banyak dikunjungi wisatawan manacanegara
setelah Mesir.
3. Ekonomi
Pada
umumnya Afrika Sub-Sahara adalah wilayah termiskin di dunia yang diakibatkan
selain kondisi alam yang tidak bersahabat juga oleh warisan kolonialisme,
neokolonialisme, konflik antar etnis, dan perselisihan politik. Benua Afrika
adalah benua termiskin walaupun menghasilkan 1/4 kekayaan bumi di dunia. Pertanian
masih menjadi mata pencaharian utama oleh sebagian besar penduduknya, dan hal
ini akan terus berlangsung dimasa yang akan datang.
4. Agama
Orang
Afrika terutama bangsa Negro yang sangat majemuk, aktivitas atau keyakinan
keagamaan juga bermacam-macam, dan berbeda-beda dengan muslim (40%) dan kristen
(40%) dua hal ini yang paling terbesar. Kurang lebih 20% adalah berpaham
paganisme. Di samping itu, ada juga memeluk Yudaisme, seperti suku Beta Israel
dan Lemba.
Agama
memiliki peranan besar dalam kehidupan sehari-hari Afrika Utara terutama Mesir.
Secara tidak resmi adzan yang dikumandangkan lima kali sehari menjadi penentu
berbagai kegiatan, misalnya di Kairo terkenal dengan berbagai arsitektur dan
masjid dengan menaranya yang indah. Menurut konstitusi Mesir, semua
perundang-undangan harus sesuai dengan hukum Islam. Mazhab Hanafi sebagai
mazhab resmi negara. Imam dilatih di sekolah keahlian iman di Universitas
al-Azhar.
5. Bahasa
Bahasa
Afro-Asiatik menyebar sampai ke Sahel dan Asia Barat Daya. Bahasa Niger-Kongo
dipisahkan untuk menunjukan ukuran sub-kelompok bahasa Bantu. Afrika memiliki
bahasa lebih dari ribuan. Ada empat kelompok bahasa besar yang berasal dari
benua ini, yaitu:
1) Kelompok Bahasa Afro-Asiatik,
sebuah kelompok bahasa yang terdiri dari sekitar 240 bahasa dan 285 jiwa juta
penutur yang tersebar luas di sepanjang Afrika Utara, Afrika Timur, Sahel, dan
Asia Barat Daya.
2) Kelompok Bahasa Nil-Sahara
terdiri dari seratus bahasa lebih, dituturkan oleh 30 juta orang. Bahasa
Nil-Sahara kebanyakan diucapkan di Chad, Sudan sekarang, Ethiopia, Uganda,
Kenya, dan sebelah utara Tanzania.
3) Kelompok Bahasa Niger-Kongo mencakup
kebanyakan dari Afrika bagian sub-Sahara dan kemungkinan adalah kelompok bahasa
terbesar diantaranya adalah bahasa Bantu yang digunakan disebagaian besar
Afrika bagian Sub-Sahara Selatan.
4) Kelompok Bahasa Kohisan yang
terdiri dari ± 50 bahasa dan dituturkan di sebelah selatan Afrika oleh ±
120.000 jiwa. Banyak dari bahasa Kohisan adalah bahasa yang terancam punah.
Suku Kohi dan San dianggap sebagai penduduk asli di wilayah ini.
Beberapa
negara di Afrika Timur hampir seluruh negara di Afrika telah mengadopsi bahasa
resmi yang berasal dari luar benua ini, melalui kolonialisme atau perpindahan
penduduk. Beberapa negara menggunakan bahasa Inggris dan Perancis sebagai
bahasa resmi negara.
6. Kebudayaan
Afrika
disini dimaksud ialah wilayah Afrika di sebelah Selatan gurun pasir Sahara. Masyarakat
di daerah ini dikatakan orang yang tidak punya sejarah masa lampau. Dari 21
kebudayaan yang maju di dunia yang dicatat oleh Arnold Toyenbee tidak satupun
yang menyebut kebudayaan Negro. Cornelis dalam, African Dilemma
mencatat, bahwa Afrika Selatan Sahara adalah miskin dan lemah. Mereka tidak
pernah memiliki abjad sendiri, tidak ada perhitungan tanggal, kalender, tidak
memiliki mata uang, bahkan tidak mengenal buku dan roda. Mereka adalah makhluk
yang hidup dalam ketakutan dan takhayul, hidup tanpa harapan dalam genggaman magis
dan tenung.
Keterbelakangan
Afrika memang suatu ironi sejarah, padahal di benua ini pula berpusat dan
berkembang kebudayaan manusia pertama. Penyebab sesungguhnya dari keadaan
seperti ini ialah terisolasinya Afrika dari dunia luar. Gurun Sahara yang melintang
1000 mil menjadi tirai besi pertukaran
budaya. Ditambah lagi dengan hutan yang lebat banyak macam penyakit menakutkan
seperti yang diakibatkan oleh lalat Tsettse yang menyebabkan sakit tidur. Hal
ini membuat banyak orang kehilangan keberanian untuk menerobos pedalaman
Afrika.
7. Potensi Afrika
Terlepas
dari keterbelekangan dan kegagalan Afrika dalam menyumbang kebudayaan dunia
masa lalu, orang Afrika bukanlah orang yang rendah. Para antropology
membicarakan tentang kejeniusan mereka yang artistik dan banyak kualitas mereka
yang mengagumkan, seperti sikap persahabatan dan riang gembira. Sebaliknya juga
mereka dengan gampang memutuskan persahabatan mereka yang cukup lama.
Berdasarkan
hasil test intelegensi, tidaklah ditemukan secara substansi bahwa orang Negro
memiliki intelegensia yang rendah dari orang Barat. Namun ada kelemahan orang
Afrika di bidang berfikir, emosi terlalu dominan dan energi mereka terjadi pada
interval yang tidak beraturan. Jika efek-efek magis hitam (black magic),
penyakit dan tirani suku yang konservatif dapat dihilangkan, dan mengedepankan
teknologi maju daripada terkukung dalam fanatisme sukuisme di atas agama, serta
orang terpelajar Afrika yang energik dan berfikir logis tampil ke depan, maka
tidak ada bedanya seorang Afrika dengan seorang Inggris/Perancis.
8. Islamisasi di Sub-Sahara
Sumber-sumber
sejarah Islam di Afrika Barat khususnya dan Bilad al-Sudan terbagi atas
dua kategori, eksternal dan internal. Yang pertama, terbagi lagi dalam Islam
dan Eropa dan yang kedua juga terbagi lagi dalam oral dan tulisan. Dalam
periode awal hanya ada catatan yang terpencar-pencar yang dibuat oleh para ahli
ilmu bumi dan sejarawan muslim, bersama-sama dengan sedikit laporan tangan
pertama seperti yang diberikan oleh Ibn Batutah. Kemudian, sejak waktu avonturis
Eropa dan para eksplorasi mendarat di pantai Barat Afrika, mulailah meningkat
laporan-laporan tentang Afrika Barat yang disampaikan oleh pelawat. Akhirnya,
diperoleh riwayat-riwayat lisan dari pribumi sendiri. Semua laporan ini
termasuk juga koleksi arsip para kronikler pada masa itu.
Laporan-laporan
yang disusun oleh Khawarizmi, dan para sarjana muslim lain, pada masa awal,
banyak bergantung pada teori-teori Ptolemeus, karena itu banyak mencantumkan
nama-nama Afrika secara serampangan, Ibn Hawqal (961 M) memberikan komentar
yang berbau intrik. Barulah dari Bakri dapat diperoleh banyak tulisan yang
bebas tentang Afrika. Para penulis berikutnya sangat bergantung pada informasi
literer dan materi-materi, disusun secara tidak membedakan waktu dan nilai dari
sumber-sumber yang mereka pergunakan. Oleh karena itu, sulit sekali untuk
menentukan termasuk dalam periode kapan suatu peristiwa terjadi. Sebagai contoh
kota Gana dihancurkan pada 1240 M, dan orang harus ambil kesimpulan dengan
menggunakan bukti-bukti lain guna menentukan apakah kota itu masih eksis
ataukah nama Gana itu sudah dipergunakan untuk kota lain pada awal abad ke-14
M, saat Abu al-Fida dan Ya’qubi, yang menyusun kamus ilmu bumi pada 1212-1229
M, menggunakan kitab al-Azizi ditulis oleh al-Husain Ibn Ahmad al Muhallabi
(375/985), bahkan ada sumber yang digunakan jauh lebih awal dari al-Husain.
Sayang, kitab ini telah hilang.
Sumber
internal terbagi juga dua, yaitu oral dan tulisan. Sumber oral yang memuat
cerita epik, legenda sembahan, mythology disamping tabu dan adat
kebiasaan mainkan peran penting dalam mantrasmasikan warisan budaya, namun
sumber ini tidak dapat digunakan sebagai sumber sejarah.
Tradisi
tertulis sangat jarang dijumpai bagi sejarah Afrika Sub-Sahara. Hanya atas
pengaruh Islamlah yang telah memperkenalkan kearsipan dan abjad, yang sangat
bernilai dalam mempelajari sejarah Sudan yang terbagi dalam dua tipe sejarah
yang ditulis sejarawan muslim. Pertama, yang berwujud sejarah pemerintah,
fungsi para punggawa, dan qadli. Misalnya, Tadzkirah al-Nishan yang tidak
diketahui nama penulisnya yang membuat daftar nama pasya (almanin dan qadli)
Timbukte-Jenne antara 1590-1750 M secara alfabetis, yang berupa koleksi tiga
atau empat generasi para pejabat. Kerajaan Islam terbesar di Sudan, Songhay.
Kedua, kitab al-Fattasyi yang memuat kronologi Dinasti Askiya yang berkuasa di
Songhay. Kitab ini memuat juga legenda-legenda dan catatan-catatan tentang
pendiri dinasti sampai kehancurannya oleh Maroko (1599 M). Buku tersebut
ditulis oleh tiga generasi yang dimulai Mahmud al-Kali (lahir 1468 M) dimulai
pada 1519 dan diselesaikan oleh cucunya Ibn Mutchtar pada 1665 M.
Kesulitan
dalam memahami sejarah Afrika juga disebabkan karena sukarnya diperoleh
dokumen-dokumen sejarah. Perang antar dinasti dan kerusuhan dikalangan dinasti
sendiri sering memisahkan dokumen-dokumen sejarah yang sangat penting. Misalnya,
serangan suku Fulbe ke negara-negara Hausa atau serangan Hausa ke wilayah
Yourba, diberitakan telah memusnahkan semua kronik Hausa ataupun Yourba,
sehingga catatan kronik, dan lain-lain yang tinggal dalam ingatan saja. Hanya
kronik Kano yang masik eksis. Kronik dinasti Zaria di Abuja (Nigeria) hanya
daftar nama penguasa saja yang ditemukan. Umar Ibn al Kanemi juga telah
membakar kronik Bournu. Pada abad ke-19 M, orang Barat mengumpulkan manuskrip
dan dokumen yang kini dijumpai di perpustakaan negara-negara Barat. Seperti, di
Bibitheque Nationale di Paris, museum Inggris di London, Istambul, dan Kairo.
Penyeberan Islam
Islam
telah mencapai wilayah Sub-Sahara pada masa kepemimpinan ́Uqbah saat Bani Umayah
berkuasa di Damaskus. Dialah yang berperan cukup besar dalam menembus padang
pasir Sahara, termasuk wilayah-wilayah Sudan. Ia juga berhasil membuka jalan ke
kota Awdagost. Sebagai wali Ifriqiyah, ́Uqbah telah menembus
daerah-daerah itu, bahkan sampai ke Kawar dan beberapa wilayah Negro (666-671M)
dan pada periode kedua (semasa Yazid Ibn Muawiyah) ia memperluas wilayah sampai
ke Maroko. Trimingham, 1962: 16-17:mencatat: “perluasan wilayah dan Islamisasi ke
Fezzan tidak terjadi pada masa ́Uqbah melainkan semasa Malik
pada pertengahan abad ke-8 M, Awal periode Abbasiah bukan oleh ́Uqbah
yang hanya menyerang Fezzan tapi tidak ditaklukannya.
Masuknya
Islam secara formal dan besar-besaran di wilayah Bilad al-Sudan, terjadi
pada masa Dinasti al-Murabithun (1091-1147 M dan al-Muwahhidun 1147-1228 M). Dimana
sebelum Islam menaklukan wilayah Afrika Utara, ± 500 tahun tahun dijajah
Bizantium. Mereka tidak dapat menembus Sub-Sahara saat itu dikarenakan kondisi
alam yang tidak bersahabat. Pada penghujung periode Bizantium di Afrika Utara
diintodusir penggunaan unta sebagai alat pengangkutan yang memberi kemungkinan
untuk bergerak lebih cepat sehingga mendorong aktivitas Berber dalam bidang
lalu lintas kafilah. Akhirnya berkembang kota-kota dagang di Sahil, yang
memberi peluang untuk kontak dengan peradaban Laut Tengah (peradaban Islam di
Afrika Utara) di Afrika Barat, maka Islam mulai masuk dan tersebar di Sudan
tidak terkecuali di Afrika Barat yang dilakukan oleh para pedagang Berber
muslim. Orang Murabithun secara khusus mengorganisasi orang bersenjata yang
terdiri dari Berber dari suku Sanhaja dari Lamtuna yang bermayoritas Syi’ah.
Akhirnya, menjadi kota Awdaghost sebagai kota muslim yang berkarimastis. Semula
suku Sanhaja yang nomaden berkulit putih berkelana di Sahara Barat. Mereka
menutup muka dari terik panas gurun pasi, maka dijuluki al-Mulatssium. Semula
mereka adalah penyembah matahari yang bergabung dengan suku-suku Lamtuna
seperti Masufa, Godala, dan Masmuda untuk mengontrol dan menguasai jalur
perdagangan di Utara Sahara yang dikuasai oleh pesaing bebuyutan, Zanata
(mayoritas Sunni) samapai keselatan Ghana untuk mengontrol kafilah yang datang
dari Awdaghost. Lamtuna, suku Berber yang paling kuat datang ke Ardar,
Mauritania sekitar abad ke-8 M. Sekitar 1020 M konfedarasi para pemimpin di
bawah kekuatan Lamtuna yang dipimpin oleh Tarsina (dari Lamtuna), dari Sanhaja
setelah naik haji. Ia mengadakan perang jihad terhadap Negro dan wafat 1023 M.
Menantunya, Yahya Ibn Ibrahim (suku Godala) menggantikan posisi Tarsina, naik
haji bersama para kepala suku termasuk suku Sanhaja. Dalam perjalanan pulang
singgah di Qayrawan, kemudian mengajak seorang ulama, bernama Abu Imam Musa Ibn
Isa (1038 M) untuk mengajar di negerinya. Meskipun, ia tidak dapat memenuhi
ajakannya, namun dengan nasehat Abu Imran agar Yahya menjumpai pemimpin
pesantren Dar al-Murabithun di Nafis, Wajjaj Ibn Zalwi yang menugaskan
Abdullah Ibn Yasin untuk berangkat. Abdullah dapat reaksi keras dari kalangan
tradisional masyarakat Sanhaja atas pembaruannya.
Setelah
Yahya wafat, Abdullah tidak berhasil menyebarkan agama Islam di sana, kemudian
pindah ke Sudan. Kemudian mereka mendirikan ribath (pondok sufi) di
pantai Atlantik (Mauritania). Lahirlah kelompok militan yang dinamakan al-Murabithun
1056-1146 M. Kemudian pada 1040 Abdullah mengangkat Yahya Ibn Umar sebagai
juru dakwah yang bersama denagan 1000 pengikut datang ke Lamtuna, mereka adalah
anak cabang dari suku Sanhaja di Maroko Selatan mengarungi Gurun Sahara sampai
daerah Sungai Niger, sambil mengislamkan orang yang berkulit hitam. Penduduk
Afrika Barat berpaham Animisme, yaitu menyembah berhala. Gerakan orang Murabithun
berhasil mengislamkan daerah tersebut.
Abdullah
ibn Yasin mengajarkan Islam atas permintaan dari kepala suku Lamtuna. Ia
mengumpulkan suku Lamtuna dan bertempat tinggal bersama di daerah Senegal. Mereka
melatih para pengikutnya di Ribath tersebut. Setelah mendapat pengikut
yang relatif banyak, mereka mulai menyerang karajaan Ghana, yang tidak mau
tunduk dan hanya menindas rakyatnya. Gerakan ini jelas adanya pemikiran politik
di kalangan mereka untuk membela ajaran Islam.
Setelah
orang Murabithun menaklukan daerah daerah Selatan termasuk Awdaghost, pemimpin
mereka Yahya ibn Umar wafat dan digantikan Abdullah. Ia kembali ke Maroko pada
1056-1057 M. Sewafatnya Abdullah digantikan Abu Bakar ibn Umar sebagai panglima
di Sub-Sahara yang diangkat oleh Yusuf ibn Tasfin.
Pada
masa Dinasti al-Muwahhidun juga melakukan hal yang sama, yaitu mengislamkan
daerah-daerah Sub-Sahara ini. Orang Muwahhidun menuduh al-Murabithun
menghancurkan suku Sanhaja. Sejak itu wilayah al-Muwahhidun meliputi Afrika
Utara sampai Samudera Atlantik. Al-Murabithun maupun al-Muwahhidun cukup lama
berkuasa di Andalusia saat al-Muluk al-Tawaif sudah lemah. Karena
wilayah kekuasaanya melebihi dari wilayah kekuasaan khalifah Abbasiah di
Baghdad waktu itu, jauh dari pusat kekuasaan Abbasiah, Baghdad, dan para
khafilah Abbasiah yang sangat lemah, maka Abdul Mu’min resmi memakai gelar Khalifatullah.
Setelah 1212, Dinasti al-Muwahhidun akhirnya terbelah menjadi beberapa dinasti
yang mandiri dan menyatakan kemerdekaanya. Sementara itu, selain Islamisasi
bersifat formal yang dilakukan al-Murabithun dan al-Muwahhidun di daerah
Sub-Sahara, penyebaran Islam juga melalui proses Islamisasi dengan cara
kultural. Penyiaran Islam tersebut di antaranya melalui media perdagangan. Mereka
membangun pemukiman padagang muslim di wilayah-wilayah Sudan. Sambil melakukan
proses perekonomian, mereka juga melakukan dakwah Islamiah. Di sepanjang bagian
barat Afrika Sub-Sahara Islam dapat diterima dengan mudah oleh suku Soninke dan
nenek moyang suku Tokolor. Dari sini penyiaran Islam ke Timur sampai ke lembah
Senegal. Sebagai perbandingan sebelum era al-Murabithun dan al-Muwahhidun
proses Islamisasi di Sub-Sahara persis seperti di nusantara yakni melalui jalur
budaya.
Kawasan
sudan sangat potensial bagi para saudagar emas yang juga membawa dagangan dari
pusat-pusat transito perdagangan, budak yang disuplai ke Eropa (Konstantinopel)
dan Asia lebih-lebih pada masa kejayaan kekhalifahan-kekhalifahan Abbasiah,
Fatimiah, dan Umayah di Andalusia. Dengan adanya perdagangan antar benua,
Afrika membangun jalur-jalur dan pusat-pusat kota Islam di sana. Jalur yang
menghubungkan Afrika Utara dengan Sub-Sahara yaitu, dari Fusfat dan Kairo ke
Fezzan yang menghubungkan juga dengan Tripoli di Libya. Dari Fezzan menuju
keselatan Kawar sampai Kanem. Dari Kanem selanjutnya sampai Afrika Selatan.
Sementara dari jalur-jalur Sub-Sahara Timur yang menghubungkan Kairo/Fusfat
melalui Fezzan. Munculya pos-pos perkotaan Islam tersebut sebagai implikasi
dari jalur perdagangan budak dan emas.
Pengaruh Islam akhirnya
hampir seluruh Sub-Sahara menjadi penduduk yang mayoritas muslim. Muncul banyak
negara-negara di Senegal, Imperium Sninke di Ghana, dan negara-negara di bawah
Imperium Mali yang sangat berperan aktif dalam usaha Islamisasi di sana. Sejak
Abad 18-19 M negara-negara muslim Sub-Sahara semuanya menjadi jajahan
negara-negara Eropa. Mereka membagi dan menguasai negara-negara tersebut seperti
membagi roti di antara sesama mereka. Walaupun (Abad ke-20 M) negara-negara
Afrika yang berkulit hitam sudah merdeka, namun wilayah yang memproduksi
seperempat kekayaan dunia, namun ekonomi politik Afrika masih terbelenggun
dengan Barat.
Komentar
Posting Komentar